*yaelah motretnya aja dari depan!! *berantem sendiri
Wednesday, November 30, 2011
Monday, November 21, 2011
Panggilan untuk Orang Tua: Ayah bunda,Mama papa? atau....
Meskipun masih lama bagi kami untuk insya Allah dipanggil sebagai "orangtua", tapi karena terinspirasi tulisan serupa di The Urban Mama akhirnya kepikiran buat nulis ini deh sekarang.
Memasuki kehamilan usia 16 minggu, salah satu hal menyenangkan yang bisa dilakukan adalah browsing nama anak dan menentukan panggilan untuk orang tua, yang akan berpengaruh sepanjang hidup baik bagi anak nantinya dan juga bagi kami sebagai orangtua *well, orangtua yang masih muda ya, catat :p.
Sebenarnya sejak awal mas anas udah bilang kalau preferensi pertama, dia mau dipanggil Ayah, which is sedikit memberikan clue panggilan buatku yang sejak awal belum punya keinginan mau dipanggil apa. Jadi untuk membuat "serasi" dengan panggilan ayah, pilihan buatku tinggallah"ibu" atau "bunda", yang kemungkinan besar akan membuatku menjatuhkan pilihan untuk dipanggil "bunda" mengingat"ibu" sudah merupakan panggilan kami untuk ibu ku.
Tapiii, ternyata setelah difikir2, ada beberapa hal yang membuatku belum langsung sreg juga dg "bunda", yaitu:
1. Kayaknya bunda itu mengandung konotasi lemah lembut, tenang, kalem, dan segala sifat kelembutan seorang ibu lainnya, which is super good, tapiiii...apa aku pantas? :p kayaknya selama ini sikapku cenderung rock n roll, walaupun hati tetep pop melayu sih *halah. Tapi ya itu, kalau kata adikku sih "ya kata-kata kan doa mbak, jadi gpp dipanggil bunda, biar kalau kita mau marah jd ingat kalau seharusnya kita lembut". bener juga sih...
2. berdasar browsing sana sini, ternyata "bunda" menduduki peringkat tertinggi kesulitan bayi dalam menyebut.. haha. Jadi lebih gampang buat bayi nyebut ayah, atau mama papa, bahkan ibu. Kebanyakan bayi baru bisa mulai menyebut "bunda" dengan sempurna di usia 20 bulanan, sebelumnya mereka menyebut "buda"...dan bakan "buaahhh" #dohh
Untuk pilihan lain, seperti papa-mama, boleh juga sih..dan pastinya itu lebih gampang diucapkan bayi. tapi kayaknya ya belum sreg juga karena mas anas sejak awal pengin dipanggil ayah, dan kami sudah memanggil orang tua mas anas dengan "mama papa" *ya nggak papa juga sih sama :))
Nah diantara ketidakjelasan itu, ada satu hal yang kayaknya pasti: aku sendiri tidak akan memanggil suamiku dengan "ayah" or "papa" for the sake of membahasakan anak. Untuk membahasakan "Nak, tolong ambilkan koran di meja ayah" itu masih wajar ya, tapi misalnya untuk mengatakan "ayah, tolong bantuin bunda ya" hihi geliiii aku gak bisa melakukan. Jadi sepertinya kami tidak perlu latihan dari sekarang untuk belajar saling memanggil ayah bunda (atau apapun panggilan kami nantinya). Banyak sih alasanku, diantara yang paling kuat kenapa aku gak bisa memanggil suami dengan "ayah" adalah oh my God, he is not my father! selain itu, menurutku anak perlu melihat juga bagaimana ayah ibunya saling memanggil satu sama lain, dengan panggilan yang berbeda dari yang dilakukan anak. Kalau selama ini, mas anas memanggilku dengan "dek" atau "yang", dan sebaliknya, aku memanggilnya dengan "mas" atau "yang" juga. Insya Allah itu yang akan dipakai di depan anak-anak (amiin) nantinya.
Gitu dulu, kalau ada ide panggilan untuk orang tua, silakan menyumbang mumpung aku masih bingung :))
Dan tulisan ini dibuat dengan metode kekinian, artinya keputusan di masa depan nantinya tergantung dari berubah tidaknya pikiran, hehehe *nggak ngerti juga sih metode kekinian itu maksudnya kyk gitu atau bukan :p
memanggil orangtuanya dengan "Ayah" dan "Mama" :D
Monday, November 14, 2011
Kesungguhan Hati
Dia di Jakarta untuk mempersiapkan seleksi pekerjaan yang akan dia lamar pada sekitar awal tahun 2012 nanti (dengan pertimbangan berbagai hal, identitas dia akan sengaja disamarkan). Aku tau dia sangat menginginkan pekerjaan itu, entah karena minat ataupun dorongan kebutuhan keluarganya. Aku hanya nggak pernah menyangka dia bisa se "niat" itu menjalani persiapan melamar pekerjaanya, dengan hidup sendirian di ibukota, berlatih ini itu sepanjang hari, dengan tidak ada jaminan lamaran pekerjaanya akan diterima.
Sebelum berangkat ke kosnya, aku menelpon dia terlebih dulu, sekedar untuk memastikan dia tidak pergi karena perjalanan ke kos dia cukup jauh, sehingga sayang kalau sampai sana ternyata dia pergi. Dia mengangkat teleponku dan memberi arahan sangat jelas kemana aku harus pergi dan tempat mudah untuk bertemu dia, suaranya sangat excited dengan kedatangan kami. Dan benar saja, dia sudah menunggu di pinggir jalan dan langsung menemukan kami dengan mudah ketika kami lewat. Mukanya sangat senang bertemu dengan aku dan mas anas, dia menjabat tangan kami, menciumnya dengan menempelkan ke dahinya *well, bukan mencium yak namanya :p. Lantas kami berjalan kaki menuju kosan dia karena kos dia tidak bisa dijangkau kendaraan.
Belakangan aku tau bahwa dia telah menunggu kami di pinggir jalan itu hampir setengah jam lamanya (kami terjebak macet luar biasa ketika hampir tiba di tempatnya), dan belakangan aku juga tau bahwa dia baru tertidur ketika aku sebelum kami berangkat..katanya dia lantas mandi, sholat dan siap2 menjemput kami di pinggir jalan.
Ketika memasuki kamar kos nya, aku semakin mengerti kesungguhan nya dalam usahanya mempersiapkan diri melamar pekerjaan. Aku tidak menjumpai apapun di kamarnya selain kasur, sajadah, satu lemari kecil setinggi perut, galon air, dan beberapa peralatannya mempersiapkan melamar kerja nya nanti. Aku sangat kesulitan membayangkan dia hidup dengan peralatan sedemikian minimnya di jakarta, tanpa teman, tanpa saudara, selama hampir 6 bulan hingga saat ini. Tetangga kosan nya pun didominasi oleh supir angkot dan pelayan toko, yang cukup menggambarkan berapa harga kosan yang dia sewa. Meski di tengah kesederhanaan yang sedemikian hebatnya, kosannya nyaman dan bersih, beberapa tetangga kosan yang kami temui pun saling bertegur sapa dengan ramah. Ah, inilah kehidupan yang sesungguhnya...
Di saat aku dan mas anas beristirahat di dalam kosannya, kami baru sadar kalau dia menghilang...maka kutelpon lah dia karena aku khawatir dia repot2 membuatkan minum atau upaya lain untuk memuliakan tamu seperti orang jawa pada umumnya. Dan benar saja, tak berapa lama setelah kutelepon, dia datang dengan membawa satu plastik berisi 2 buah kue sobek ukuran besar dan 1 plastik biskuit yang cukup untuk bersepuluh, serta beberapa aqua gelas yang kalau dihitung hitung harganya bisa lebih dari sepuluh persen harga sewa kosannya selama sebulan. Dia datang sambil mengucap "Ya..begini ini tempat tinggalku mbak..." ucapnya dengan senyum lebar basa-basi.. Ah..kamu sudah tumbuh cepat sekali..
Dia lantas bercerita banyak hal, tentang apa yang sudah dia lakukan selama 6 bulan di jakarta ini, betapa senangnya dia atas kemajuan usaha yang telah dicapai jika dibanding ketika dia masih di Jogja, dan betapa dia tidak kangen lagi dengan semua yang dia tinggalkan di jogja, karena dia cuma ingin fokus lulus pada ujian lamaran pekerjaannya nanti. Aku cuma bisa tercekat mendengarnya, betapa banyak hal telah berubah dari dia yang sebelumnya merupakan anak manja dan "urakan", anak usia 18 tahun yang dulu pernah terperdaya hingar bingar masa muda di masa SMA. Tuhan telah banyak berbicara padanya lewat perubahan jalan hidupnya yang drastis dan tidak disangka-sangka. Entah apalagi perjalanan spiritual nya, tapi kini dia taat menjalankan sholat, bahkan doa setelah sholat dia jauuuh lebih lama dari yang aku dan mas anas lakukan. Ah Tuhan, dia minta apa?
Untuk mengakhiri pertemuan kami hari itu, aku mengajak dia untuk makan malam di suatu tempat yang kira-kira dia ingin kunjungi, yang tentu saja dia tidak bisa menyebut nama-nama tempat di manapun karena dia memang tidak tau. Hanya ada 2 tempat yang pernah dia kunjungi, dan itu jaraknya kira-kira 2 KM dari tempat dia tinggal. Akhirnya kami membawanya ke Botani Square, Bogor, yang membuatnya bertanya "Bogor itu Pegunungan ya?", dan saat itu kami juga mengetahui bahwa dia belum pernah denger tentang Kebun Raya Bogor, tentang Jalan Sudirman Jakarta Pusat, tentang Car Free Day, tentang Gambir, dan mungkin tentang-tentang yang lainnya.
Ah Tuhan, sebagai apa hamba ini yang selama ini tidak membantunya membuka mata?? Kemana saja hamba ini sejak 6 bulan yang lalu ketika tahu dia berada di Jakarta?? Mengapa tak sedikitpun kebahagiaan kubagi padanya selama hampir setengah tahun dia hidup tanpa siapa-siapa di Jakarta??
Dan sungguh sejak sepulang dari kosannya malam itu, aku masih berjuang melawan rasa bersalahku telah "menelantarkan" dia selama ini. Apalagi karena akulah satu-satunya orang yang dia kenal sangat baik di Jakarta ini. Dan sambil berjanji pada diriku sendiri untuk mengajaknya pergi setiap ada kesempatan, aku mohonkan doa sepenuh hati semoga Tuhan memudahkan hidupnya, mendengar keluh kesahnya, memeluk lelahnya, menenteramkan hatinya, dan mengabulkan segala doa nya.
Dia pantas menerima kasih sayangMu yang Agung, Tuhan.
*foto diambil dari http://mrsigit80.blogspot.com/2011/09/kesederhanaan.html
Wednesday, October 19, 2011
Terlalu Sombong
Jadi ceritanya saya sedang diklat selama dua bulan di suatu kota di bilangan Jawa Barat *ceritanya nama dan tempat dirahasiakan. Berhubung lama diklat yang tidak bisa dibilang pendek, otomatis kami akan saling mengenal cukup dalam antara satu teman dengan yang lainnya. Termasuk salah satu temanku ini...
Dia seringkali menjadi penyelamat kami dengan bertanya kepada dosen di saat kami sekelas benar-benar tidak tau apa yang harus ditanyakan, entah karena sudah pernah mempelajari materi yang disampaikan, atau juga karena mengantuk dan tidak nyimak hehe. Tapi intinya, di saat kelas sedang sunyi senyap, dan dosen meminta kami untuk bertanya, hanya temanku itulah yang akhirnya mengacungkan jari dan bertanya.
Saat itulah kesombonganku mulai muncul, dengan memandang bahwa pertanyaan temanku itu "gitu doang", "nggak mutu" dan seringnya "nggak nyambung". Dan nggak cukup sampai di situ, setiap pendapat yang keluar dari temanku itu juga seringnya malah mengulang apa yang sudah disampaikan dosen, atau kalau enggak justru memberi pendapat dengan menanyakan apa yang baru saja disampaikan dosen, atau dihubung-hubungkan dengan hal-hal yang dia tau saja padahal sama sekali tidak ada hubungannya. Ok, sampai titik ini, aku udah cukup emosi, tapi yah sudah sebagai orang jawa yang baik (dan juga buruk), saya hanya memendam emosi itu tanpa berusaha meredamnya.
Sampai suatu ketika,ada kejadian yang mengakhiri zaman jahiliyah ku...
Di suatu sesi kelas, temanku itu (lagi-lagi) memberikan pertanyaan (atau entah komentar) kepada dosen dengan panjang lebar yang aku juga malas menyimak. Namun ketika dia nggak selesai-slesai bicara dan suaranya mulai terbata-bata, akhirnya aku tertarik mendengarkan apa yang dia sampaikan, sampai aku seperti mendengar petir geledek ketika dia bilang: "Oh, ini..maaf ya Pak karena sebatas ini saja yang saya tahu, yang lain itu di luar yang saya bisa".
Aku seperti digurui bahwa selama ini aku nggak pernah mencoba mengerti keadaan bahwa bisa jadi kemampuan temanku itu sebatas itu, bahwa kemampuannya untuk menangkap dan memahami ceramah dosen selama ini mungkin tidak semudah proses pembelajaranku dan teman-teman yang lain. Aku nggak pernah berusaha mengerti bahwa bisa jadi temenku perlu bantuan, atau kasarnya: temenku itu nggak sepintar kami! Tapi ternyata apa yang kulakukan selama ini? Menganggapnya aneh, dan aku justru nggak kepikiran untuk "memakai sepatu nya".
Dan sejak saat itu, aku jadi lebih berempati pada temanku itu. Dan ternyata banyak dari sikap-sikapnya yang ternyata telah hilang dari diriku.
Diantaranya, ketika kami ada tugas kelompok, dia menanyakan berulang-ulang kepada kami (aku dan teman2 di kelompok), tentang detail apa yang seharusnya dia lakukan,mengulang apa yang dia pahami untuk memastikan pemahamannya benar, dan meminta copy tentang apa yang sudah kami kerjakan sebagai contoh untuk pekerjaan dia. Dia seolah-olah takut melakukan kesalahan karena ini merupakan tugas kelompok. Dan ketika suatu ketika aku menjelaskan sesuatu padanya dengan kecepatan yang tidak kusadari (terlalu cepat), dia mengatakan "jangan cepat-cepat, saya mah masih pentium dua", di depan teman-temanku yang lain. Aku sungguh tertegun. Karena menyadari dengan sepenuh hati, betapa susahnya mengakui kelemahan diri di depan umum, yang sepertinya tak mampu kulakukan dengan mudah. Mendadak aku gelisah karena menyadari entah telah berapa lama dan seberapa dalam kesombongan menguasai diriku. Astaghfirullahal'adzim.
Dan,hari ini, ada yang membuatku kalah telak lagi. Dalam kerja kelompok penelitian, kami kesulitan untuk mengakomodasi masukan dari salah seorang dosen pembimbing, karena memang masukan itu berbeda dengan rumusan yang sudah kami putuskan. Sebenarnya masukan nya tidak signifikan, jadi akhirnya kami sekelompok memutuskan untuk tetap jalan dengan keputusan kami, dan mengabaikan masukan dosen tersebut. Dan di luar dugaan, temanku itu memberi ide untuk memasukkan usulan dosen itu di bagian kueosioner, dengan mengatakan: "masukin aja kali ya di kuesioner, efeknya ga begitu besar tapi biar masukan pak dosen didengarkan". Astaga, aku nggak menyangka temanku itu masih saja memikirkan bagaimana kami bisa mengabaikan masukan dosen dengan mudahnya. Ah, kemana saja telingaku selama ini??
Tuhan, hambamu ini telah berlaku sangat jahat pada makhluk-Mu yang tulus dan rendah hati.
*gambar diambil random dari google picture
Wednesday, October 12, 2011
How I Met Your Father
So kid,this is a story about how I met your father..
But don't worry,it's not like the original movie (How I met your mother) which contains looong session and episodes, mine will be short,,,yet,so sweet that I would be so glad to share this story to everybody who asked me,until now.
Listen carefully Miss/Mr Widiaribowo-Junior, coz this story is specially dedicated for you.. And,this is also a time to thanks to everybody who coincidentally help us to make our love story as in the dreamland *yaelah
So,it was around June 2010 when I commented in the status/posting of my facebook friend,aunt Noni. The status is about how abundant is the Angkot in Bogor!(She might be in Bogor at that time). I forgot what I said in that comment,but then here it is your father commented on my comment, and we continue to exhcange comments on your anut Noni posting in facebook, until soo long only the two of us :p Yes, finally we ended that conversation in that comments.
But,your father, is kind of niat that he sent me direct message through facebook that night,asking me whether I'm doing good and whether I'm staying in jakarta.and that conversation continue long long again until the day after,when finally he asked my number and asked whether we can meet that weekend,but I said I only can meet on the next 2 weekend.
So on the first meeting we went to the mall which has the most convenient mushollas in Jakarta: Pondok Indah Mall,where I have never been there. Since I don't know the way at all,I depend on his navigation skill in jakarta road which I have to admit not bad at all :p We first have an appointment in Halte busway Dukuh Atas (ah ya I came like 15 minutes late :p),and directly headed to PIM which takes us around 30 minutes by bus and continue by taxi. Here we ended our first meeting by having lunch (forget the place,rice bowl?), and watch movie (right?),haha how on earth I forget what I did in the first date. And he accompany me until I am home and lended me 3 books of Pidi Baiq, which I do sooo much like Pidi Baiq since then.
And the second meeting is the next weekend,we have appointment in Taman Suropati on sunday morning, after I finished jogging and he finished playing tennis in GOR sumantri Kuningan. But those was not kind of real date since he brought his tennis friend,Uncle Abol/Gian, and I was with a friend too for jogging, Aunt Ai. So,there were four of us in our second date, eating breakfast ( I guess it was gudeg), near Taman Suropati. It was a fruitful chit chat since I got the first good impression of your father when he is with his friend and with my friend. After the meeting, aunt Aik said that your father might really fall in love with me, haha. (And later I found out that uncle Abol said I'm so similar with your father in term of the-so-javanese-thing in us :p). We went home by our own after having breakfast,and that's we ended our second date.
Before we met for the third date, there was a yellow package reached my room in kos-kosan. It was a CDMA handphone, with an A4 paper size full of hand writing and pictures of smiling faces (picture is written by hand!!). Who else? It's your father sending me a CDMA phone,telling me that it is cheaper for him to call me through this phone than to my existing number in my phone (different provider), he bought the same CDMA phone too. It was surprising me, yet making me realize that he might be real serious with me, until what I found out on our third meeting the next following weekend.
It was on july 2010,around three weeks after the first time we met.
We met on sunday,after I finished jogging and he finished playing tennis with his friends again. But I took my time to take a bath,which he directly had breakfast with his friends after tennis,and later he told me that he hadn't taken a bath :p. We met in Plaza Indonesia to watch Shrek movie, and continue our walks to Thamrin City to get some batik for him attending wedding, and stop by in Grand Indonesia,eating Burger King.
And here we go,in the convenient (fast food) restaurant, he said, "would you be my wife?"
I really stop breathing for few seconds, choosing the best words to answers, thinking what expression should I show,but my mouth kind of not able too cooperate with me as what came out as my answer was only a word:
"When?"
(Hahahaa)
And he answered my answer with a (long) presentation: on why it needed one year to marry me, on how he plan for one year to make savings for wedding preparation and life after wedding,he also told me exactly how much he earn for a month, and his vision and mission on a marriage. Me? Only paying attention to him very carefully since I didn't prepare any presentation at all. But while listening to him talking that time, I realize that this is the man who will make collaboration with the rest of my life...
So kid, I was about to end the story, that is how I met your father. But we didn't married one year after that, as finally we decided to make it faster :D We married around six month after that,on Februari 2011. Our family meet each other twice before the wedding. And during the first family meeting, your grandpa (father of your father), said this when his family come to my family to propose me (well,many people considered this as an engagement): "our family would like to propose your daughter, please let us know which one is called Wiwien". Hahaha,yes, his family never met me before,only by photos and by your father's story about me.
At last but the most important part, I didn't chose your father randomly by my facebook friends list in Jakarta or so (don't worry! Haha), me and your father have ever met before, 8 years ago. In fact, we attended the same high school in Jogja and he is my senior,one of the heads of student body.So,I knew him by his popularity (well yeah :p), but we never managed to chat personally at all. I also still surprise that we still remember each other when we met in Facebook last year.
So kid, while you're there so close to God,thanks Him for the director of this story to happen..you know,that's amazing of God through Mark Zuckerberg! Lol.
And, anyway, your father's name is Anas Yusuf Widiaribowo, that's why I called you widiaribowo-junior earlier in this writing :D
Okay Kid, don't you feel so excited to meet your father?
PS:if you noticed the different in the font/writings in this post, that's because I wrote it first in Ms Word when I'm out of the internet connection. Promise will never do it again! :p
Thursday, September 29, 2011
Having a baby
Wednesday, July 6, 2011
Yang Menjaga Diri dari Meminta-minta
Pandanganku langsung tertuju pada penampilan bapak itu, kaosnya coklat muda (campuran hijau kusam dan coklat) dengan topi kain dan sandal jepit yang sudah "tepos" (sangat tipis karena sering digunakan), dan ternyata dia menenteng kotak kayu kecil yang bertuliskan "semir sepatu" lengkap dengan sandal jepit biru yg bagus dan bersih di dalam kotak tersebut. Entah kenapa hatiku tergetar melihat Bapak itu, dia berjalan dengan ringan dan sangat cepat, mungkin karena dia terbiasa berjalan setiap harinya. Dia berjalan jauh cepat mendahuluiku, sampai akhirnya kami terhenti bersama di palang kereta api ketika kereta akan lewat.
Waktu itu kereta sudah selesai lewat, tetapi palang kereta tetap belum dibuka. Meski demikian, tetap beberapa sepeda motor menerabas palang, dan semakin banyak saja yang ikutan menerabas walaupun petugas KAI berlari keluar gardu jaga berteriak2 mengingatkan kalau masih akan ada satu kereta lagi yang lewat. Di tengah aku cuma geleng-geleng kepala melihat kesemrawutan tersebut, bapak semir sepatu tadi ternyata berjalan mendekati kerumunan motor di baris depan palang kereta, mengingatkan mereka untuk tidak menyeberang rel karena masih ada satu kereta lagi yang lewat. Entah apa yang ada di pikirannya, tapi aku cuma melongo melihat kejadian itu, hingga palang kereta itu dibuka dan Bapak semir sepatu itu kembali berjalan cepat dan menghilang di tikungan.
Dan Tuhan sepertinya masih memberiku kesempatan untuk dipertemukan lagi dengan bapak itu saat makan siang di belakang kantor hari berikutnya. Bapak itu berjalan menawarkan jasa semir sepatu di antara orang2 yang sedang makan, atau tepatnya berkeliling2 di antara orang2 yang sibuk makan dan tidak menggubris kehadirannya--Bapaknya juga tau diri untuk tidak random menawari semua orang, hanya orang2 yang terlihat tidak ngobrol/terlihat tidak menunduk serius makan. Waktu itu belum ada seorangpun yang menyemirkan sepatu padanya, hingga dia sampai di depan tempatku makan, "Mbak mau semir sepatu?"katanya sambil tersenyum sangat lebar, meski wajahnya pucat dan lesu.
Dan singkat cerita, dia sudah selesai menyemirkan sepatuku dan meletakkan sepatuku di bawah kakiku (*aneh rasanya ada orang menunduk naruh sepatuku gini). Sesaat saat itu juga aku langsung bilang, "makasih Pak" walaupun belum membayar, dan Bapak itu membalas "saya yang makasih Mbak". Maka bisa ditebak, ketika aku mengulurkan uang, mukanya senang sekali dan langsung nyerocos mendoakan kebaikanku dan rejekiku, dengan segala kesyukuran yang terpancar di wajahnya.
Ahh....lagi-lagi ada yang bergejolak dalam diriku. Di tengah hingar-bingar kota Jakarta dengan segala kemewahan dan kebutuhan hidup yang tak ada habisnya, ternyata ada orang yang mencukupkan diri dengan apa yang dia terima. Dia melakukan apa saja yang dia bisa untuk membuktikan bahwa kasih sayang Tuhan tidak terbatas bagi mereka yang bekerja nyaman di ruang ber-AC, bagi mereka yang punya modal, bagi mereka yang pintar dan dianugerahi keberuntungan mendapatkan kemudahan rejeki.
Ah, orang-orang seperti itulah yang seharusnya kita beri rejeki... Orang yang tidak dianugerahi nikmatnya pekerjaan seperti layaknya kita, tapi terus berusaha...yang selalu menampakkan syukur di wajahnya...yang sebenarnya selalu kekurangan, tapi menahan diri dari meminta-minta....
Thursday, April 28, 2011
Update Masakan
Tema masakan kali ini masih sekitar masakan sehari-hari yang bisa dimasak dengan sangat cepat (soalnya kan pulang kantor *alesan buat nutupin males). Juga, karena kami sama-sama suka sayuran, maka masakannya juga gak jauh-jauh dari dedaunan, walaupun sumpah kami bukan kambing. Oh ya, karena kamera ku lagi di Jogja, jadi ini dipotret dengan kamera HP. Makanya untuk menyamarkan kualitas kamera, lay out foto dibuat dekoratif *berasa manten aja pake dekor.
Langsung saja yaa...
Sayuran Bumbu Bakmi
Bahan:
1. Sayuran (buncis, jagung muda, wortel)--atau bisa juga sawi hijau dan sawi putih
2. Bakso
3. Tahu
Bumbu:
Kemiri, Bawang Putih, Bawang Merah, Garam, Merica
Cara:
1. Haluskan semua bumbu, lalu tumis
2. Masukkan Bakso dan Tahu yang telah dipotong2 (waktu itu tahunya kurebus dl bentar)
3. Masukkan semua sayuran yang telah dipotong2, dimulai dari yang paling lama matang.
4. Masukkan sedikit air, tunggu sampai kering, dan selesai.. Cepet kan? :D
5. Untuk pengajian, taburkan sledri dan bawang goreng
*kenapa namanya bumbu bakmi? karena pake kemiri, itu saja..dan rasanya pun berasa seperti mie jawa :p
**untuk cara bikin telur dadar, skip yow
Tumis Kangkung
Inii lebih cepet lagi.....
Bahan dan Bumbu:
1. Kangkung
2. Bawang putih diiris2, garam, merica
3. Terasi
Cara:
1. Tumis bawang dan terasi
2. Masukkan Kangkung
3. Tambah sedikit air, sudaaah :p
Balado Terong Panggang
Bahan dan Bumbu:
1. Terong dipotong memanjang,kira2 seukuran jari tangan
2.Cabe merah (yg banyak)
3. Tomat
4. Bawang putih dan Bawang Merah
5. Garam, Merica
Cara:
1. Panggang terong yang telah dipotong dalam oven kira-kira 10-15 menit (bisa juga digoreng sangan tanpa minyak di wajan anti lengket)
2.Campur dan haluskan semua bumbu, lalu dipanggang juga, kira-kira 5 menit
3. Tuangkan bumbu ke atas terong, lalu panggang sekali lagi selama kira-kira 10 menit
*berbeda dengan cara masak kalau digoreng, terong panggang ini masih terasa juicy dan pedasnya seger dan mantep bangettt, buat penyuka pedas..pas banget!
Tempe Kering
Tempe kering ini merupakan favoritku, karena rasanya pedas dan tentu saja manis, hoho
Bahan
1. Tempe, diiris memanjang,agak tipis
2.Cabe merah
3.Bawang Merah, Bawang putih
3.Gula jawa, kecap, garam
4.Daun serai, salam
Cara
1. Bumbui tempe yang telah diiris dengan garam dan bawang putih
2.Goreng tempe sampai kering
3.Cincang cabe merah,bawang merah,bawang putih, lalu tumis
4.Tambahkan gula jawa, daun serai dan salam, masukkan sedikit air dan garam
5.Tambahkan tempe yang sudah digoreng, tambahkan kecap, masak sampai kering.
*bisa juga ditambahkan kacang plong yang sudah digoreng
Nah, tempe kering di atas juga bisa diganti dengan kentang, cara bikinnya sama persis. Bedanya, aku hanya pakai sedikit gula jawa dan tanpa kecap, jadi rasa kentangnya pedes banget, balado beneran deh. Trus untuk resep tumis juga bisa diganti dengan beragam sayuran yang ada, misal di bawah ini aku bikin tumis buncis ma jagung muda, dengan kaldu pakai hati ayam. enakk.
Perkedel Tahu Panggang
Bahan:
1. Tahu putih
2.Telur
3. Wortel
4.Buncis
5.Bawang Merah
6.Bawang Putih
7. Sledri dan daun bawang
8. Garam, merica
Cara:
1. Iris bawang merah dan goreng setengah matang
2.Haluskan bawang putih, garam, merica
3.Cincang buncis dan wortel, dan juga sledri dan daun bawang (potong kecil2)
4.Hancurkan tahu yang sudah direbus sebentar
5.MAsukkan bumbu yang telah dihaluskan ke dalam adonan tahu, tambahkan dengan sayuran cincang, bwang goreng, dan telur
6.Olesi loyang dengan mentega, masukkan adonan tahu, panggang selama 20 menit-an
*mungkin bisa juga digoreng tapi lebih baik meminimalisir minyak
Yang paling spesial...
Nah, ini menu yg paling spesial. Bukan karena dikasih saos bentuk cinta (*hahahaha),tapi karena ini adalah menu pertama yang kita buat berdua (menu selanjutnya adalah apfelstrudel yg gagal, dan kue ubi yang mendekati gagal),semua itu dibuat dengan oven hadiah dari ratih.Dan nggak tanggung-tanggung, kita mulai bikinnya jam 11 malem karena belum ada tanda2 ngantuk :)) Sejak awal mas anas emang niat banget pengin bikin ini, sampe dibela-belain ke supermarket beli loyang oven tapiiii ternyata loyangnya kegedean (ga bisa masuk oven),haha. akhirnya pinjem wadah seadanya dari dapur kosan, hehehe.
Makaroni Panggang
Bahan
1.Makaroni
2.Daging Cincang
3.Keju
4.Bawang bombai, Bawang putih
5.Garam, Merica
6.Susu
Cara
1.Tumis daging cincang dan bawang bombai yang telah dicincang, masukkan sedikit garam dan merica
2.Rebus makaroni,tambahkan sedikit garam dan mentega dalam rebusan (supaya tidak lengket),tiriskan jika sudah kenyal
3.Campurkan daging ke dalam makaroni, tambahkan keju yang telah diparut, dan susu cair. Coba dirasain,kurang garem, merica atau apa
4.tuangkan adonan dalam loyang yang sudah dioles mentega, taburkan keju parut di atasnya
5.Panggang selama 30 menit (atau dikira2, hehe). Sajikan selagi hangat, dengan saos.nyamm
*adonan juga bisa ditambahkan sosis.
Hoho,okee,segitu duluu..semoga bermanfaat buat para pembaca sekaliaan. Dan juga, tambahin ya kalo ada salah2. Alhamdulillah, rasanya senang bisa menghidangkan masakan sendiri, selain hemat dan puas ketika melihat masakan kita laris manis,juga bisa bikin kita berasa Farrah Quinn..haha :p
Tuesday, April 26, 2011
Ujian
Namun kadang, Tuhan tahu kapan saatnya manusia perlu diuji atas komitmen umat Nya.
Kira-kira sebulan yang lalu, tepat tengah malam pukul satu (okay, tengah malam harusnya pukul 12 yak?), hapeku berbunyi, seseorang menelponku. Karena benar-benar tertidur, antara sadar dan tidak, aku tidak mengangkat telepon itu. hingga dua kali. kemudian gantian HP Mas Anas yang berbunyi. Karena ak yakin penelepon itu adalah orang yang sama dengan yang menelponku tadi, aku meminta mas anas mengambil HP nya dan menjawab telepon tengah malam itu.
Benar saja, ternyata penelpon itu adalah Kakak mas anas yang berada di Malang, memberitahukan bahwa Mama (ibu mas Anas), terkena serangan stroke lagi (stroke pertama tahun 2008), dan sedang dibawa ke rumah sakit. Semua kantuk kami mendadak hilang seketika. sesaat setelah telepon ditutup, kami hanya diam terpaku, banyak pikiran yang mendadak mengantri dalam otak kami, sekaligus aku melihat raut kesedihan di wajah mas anas yang nggak bisa ditutupi.
Dan hampir tiap wiken sejak malam itu, kami pergi ke Malang untuk menjenguk Mama di rumah sakit. Kami selalu pulang ke Malang dengan penuh semangat dan harapan semoga kedatangan kami membawa kesembuhan bagi Mama, atau sekedar memulihkan ingatan Mama sepenuhnya. Meski seringkali, semangat yang tinggi itu mengelabuhi kemampuan fisik kami, hingga berujung pada demam dan flu tiap kali pulang dari Malang, tentu saja karena Jakarta-Malang (via Surabaya) dengan kereta yang memakan waktu sekitar 13 jam, plus dua jam bis dari Surabaya ke Malang ditempuh dalam 2 hari wiken saja, ternyata mampu menggoyahkan kekuatan fisik kami.
Hingga akhirnya dua kali wiken kami absen menjenguk Mama, selain untuk mengisi kekuatan fisik lagi, juga untuk menunggu dompet terisi lagi ;-) Mas Anas beberapa kali meminta maaf kepadaku, aku yakin dia juga nggak tau kenapa minta maaf...tapi yang jelas, kejadian ini membuat kami menyesuaikan beberapa mimpi di sana-sini, terutama tentang rencana-rencana kita di masa depan yang berkaitan dengan finansial *hayaahhh
Beberapa saat setelah Mama diperbolehkan pulang dari rumah sakit, aku mendapat kabar kalau adik laki-lakiku baru saja mendapat hasil CT scan (setelah merasa pusing yang tidak sembuh-sembuh), dan tim Sardjito dokter saat ini sedang proses "rapat" untuk mengambil tindakan (baca:operasi otak) dengan beberapa diagnosa kelainan yang harus segera ditangani. Melalui telepon, Ibu menceritakan detail gangguan yang dialami adiku karena penyakitnya itu, dengan beberapa kali terhenti dlm bercerita, tentu saja ibu menangis. Aku lantas berusaha membesarkan hati ibu, mengatakan bahwa semoga ini cara Allah memberikan surga bagi kita..mungkin kita belum punya cukup "poin" untuk lulus ujian masuk surga, sehingga kita diberi kesempatan ini. Dan tentu saja, mengatakan pada ibu untuk menganggap ini akan mudah,dan bahwa harta tidak dibawa mati (sebelumnya kita membahas perkiraan biaya operasi tersebut). Ibu mengatakan kalau senang mendengarnya, dan kami berusaha membahas hal yang lain (waktu itu ngomongin Indosat dan kucing di kosan! haha), dan telepon ditutup.
Meski terlihat sangat kuat dalam telepon, tapi tenggorokanku mulai tercekat ketika telepon ditutup, aku ingin menangis.
Dan sepertinya, saat ini kami harus ikhlas untuk bye-bye pada rencana-rencana kami di masa dpn... Aku dan mas anas memiliki tabungan di satu rekening khusus untuk menyiapkan mimpi masa depan kami tersebut,dengan label "apapun yang terjadi, rekening ini nggak akan tergoda untuk diambil". Tapi sepertinya, Mama, adik..dan keluarga itu lebih dari apapun. Semoga nanti dapat ganti yang lebih berkah dan banyak, amiiin.
Sepertinya, itulah cara Tuhan berbicara dengan kami, aku merasa tangan-tangan Nya sedang bekerja untuk skenario hidupku, untuk menyisipkan satu dan dua nilai kehidupan yang belum kumiliki... Aku dan mas anas bahu membahu mengingatkan untuk ikhlas, dan selalu berterima kasih atas segala nikmat kehidupan yang telah kita miliki. Inilah ujiannya, masih bisakah kami melihat nikmat dan kasih sayang Nya di tengah keadaan-keadaan ini? Masih ikhlas kah kami mengatakan "Tuhan, kami adalah hambamu yang selalu bersyukur" ?
Dan pagi itu,ketika berjalan kaki hendak menyeberang jalan menuju kantorku, aku melihat seorang perempuan berusia 40 tahunan dengan baju dan topi lusuh, tanpa alas kaki, menarik gerobak bertuliskan "beli barang bekas", berhenti di sampingku untuk ikut menyeberang. Dan setelah beberapa detik, dia menoleh ke arahku sambil mulai menyeberang: "Mari-mari nak...", aku menoleh ke arahnya dan masih ragu-ragu menyeberang (takut seperti biasa), dia berhenti di tengah jalan dan mengatakan "Mari nak menyeberang bareng ibu...", aku baru tersadar dan mulai menyeberang dengan cepat-cepat... Muka ibu itu terlihat sangat ceria, aku merasa dia tersenyum dengan sangat ringan dan mudah, seolah senyum itu selalu ada di wajahnya...
Ah.... di tengah usahaku menguasai hati dan pikiran supaya selalu berbaik sangka kepada Mu, lagi -lagi aku merasa Tuhan sekali lagi sedang mengajakku berbicara melalui ibu-ibu tadi. Raut wajahnya yang ringan, mudah tersenyum, ringan memberi bantuan...aku merasa sedang di dekat orang yang selalu bersyukur atas tiap keadaan, walaupun "hanya" mengandalkan uang dari barang bekas, walaupun terus mengais di bak sampah rumah mewah di Menteng, walaupun berpakaian lusuh, walaupun selalu berjalan tanpa alas kaki....
"say:"nothing can happen to me except what Allah has ordained for me, He is our Master. It is in Allah that the believers put their TRUST" " (At-Tawba 51)
Doakan mama dan adik cepat sembuh dan pulih seperti sedia kala ya bloggers......
Seorang teman bule ku pernah bertanya kepadaku: "What? mereka membeli barang bekas dari orang-orang kaya di sini? kenapa orang-orang kaya itu nggak memberinya aja?"
PS: Mas Anas yang saya sebut2 di atas adalah suamiku, lupa njelasin, hehehe
Monday, March 7, 2011
Rasanya Menikah
Nah oke, untuk menjawab pertanyaan itu, mungkin aku bisa ceritakan beberapa cerita yang bisa kuceritakan (mbulet).
1. Hari H
Alhamdulillah ketika hari H, ketegangan tidak seperti yang kubayangkan. Semua berjalan smooth, kebisingan orang2 yang bertanya tentang ini itu juga tidak terjadi. Bahkan ketika periasku bilang "mbak ini siap2 ya, konde untuk jilbabnya akan terasa berat", tapi ketika dipasang...voila, aku gak merasakan apa2, ringan! Apalagi ketika kulihat wajahku di cermin, cantiknyooo! (hahahaha,okee,aku janji narsis skali ini aja, jangan berhenti mbaca yak). Selama acara berlangsung, aku dan si mas saling memastikan bahwa kami tetap tersenyum,selalu tersenyum sepanjang waktu, selain untuk menghormati tamu, juga karena kami meng-hire fotografer candid (hehehe). Tapi ternyata cara untuk "sadar senyum" ini efektif untuk menjaga keceriaan sepanjang acara. dan benar saja, di akhir acara, aku bilang pada keluargaku kalau aku sama sekali nggak merasa capek, dan jawaban mereka simpel: "tentu saja, orang bahagia mana ada capeknya".
Nah, kayaknya kunci utama untuk tampil fit dan prima saat menikah hari H adalah: settinglah hati anda supaya tetap bahagia!
2. Hari hari pertama menikah
Dari beberapa blog yang kubaca, ternyata hal ini terjadi juga pada pasangan muda lainnya: belum menyadari kalau sudah hidup bersama! Beberapa diantaranya misalnya, masih menyebut pasangan dengan istilah "pacar" intead of "suami/istri", masih kaget2 ketika keluar kamar mandi dan ada orang lain di kamar, bahkan lebih cepat untuk tidur jika saling memunggungi daripada berhadap2an, haha.
Daan...itu terjadi juga pada kami.. jadi kayaknya untuk yang satu ini, aku gak bisa ngasih saran seharusnya gimana :))
3. Sakit
Seminggu setelah resepsi pernikahan, kami berangkat ke Jakarta. Aku merasa itulah masa sebenar2nya menikah, sudah tidak bersama bapak ibu dan papa mama mertua lagi, adik kakak, juga segenap pakde budhe om tante dan kakek nenek. Saat itulah kami mulai merasa menjadi satu pasang, bukan lagi satu-satu yang digabung. Suatu ketika, aku sakit sampai harus nggak masuk kantor. Dengan perasaan bersalah karena nggak bisa menyiapkan sarapan seperti biasanya, aku malah dibawa ke puskesmas (dokter terdekat dr kosan yang buka pagi hari itu). saat diperiksa itu, aku melihat mas mengirimkan sms kepada atasannya, meminta izin masuk siang karena memeriksakan istri ke dokter. dan kejadian pagi itu, cukup membuatku berjanji untuk sekuat tenaga menjaga kesehatan. (oh ya, OOT, ternyata memeriksakan di puskesmas itu gratis tis..lengkap dengan obatnya, dan...sembuh!)
4. Kesepian
Daan..begitulah cerita kami diawali. Semoga Allah menghimpun yang terserak di antara kami, memberkahi kami berdua, meningkatkan kualitas keturunan kami, menjadikan kami pembuka pintu-pintu rahmat, sumber ilmu dan hikmah, serta pemberi rasa aman dan tentram bagi umat. Amiin. (doa yang nyontek).
Yang terpenting dari semua itu, semoga kita termasuk golongan orang-orang yang menyadari betapa besar kuasa Tuhan yang telah menjodohkan manusia, dan betapa maha kasih sayangnya Tuhan dalam hidup kita dengan menumbuhkan cinta kasih diantara manusia yang begitu banyak jumlahnya di dunia ini. Subhanallah.
Wednesday, February 2, 2011
Persiapan Menikah
Sejak awal aku meyakini bahwa semuanya akan biasa saja, saya tetap bekerja setiap hari, tetap tinggal di kosan seperti biasa, dan tetap bermain kesana sini.. Tapi ternyata, suatu ketika jerawatku mulai bermunculan, tiba-tiba sakit sering perut (bisa jadi maag sih), dan yang paling kelihatan adalah sariawan! :D Maka,untuk pertama kalinya aku takjub dengan diri sendiri: wow,mungkin saya stress juga! haha :))
Nah, supaya tidak beralut-larut dalam jerawat dan sariawan, mari kita tuangkan semuanya ke dalam tulisan, biar lebih produktif dan jadi kenangan :-)
Apa saja persiapan menikah itu (yang udah saya lakukan)?
1. Belajar
Ibarat mau ujian, aku dulu menyengajakan untuk belajar dari buku-buku dan internet tentang menikah, baik itu tentang hak dan kewajiban suami istri, psikologi nya dan juga biologisnya ;-) Pokoknya seperti belajar "Married for Beginners" lah, hehe. Maklumlah, aku benar-benar belajar dari nol sejak diajak nikah *malu*. Untungnya ada beberapa teman yang udah nikah, jadi bisa tanya tanya, juga krn aku mau nikah, trus ada yang ngasih buku "Menjadi Pengantin Sepanjang Masa" (yeaah), trus berburu diskonan di Ulang Tahun Gramedia, dan sampai dibela2in beli buku online karena harganya diskon 20 %. Itu prosesnya, mengenai hasilnya kayak apa, mohon doanya teman-teman yaa semoga sukses;-) Dan buat yg mau kasih tips n trik, mash terbuka lebar diterima, hehe.
Tips: kalau emang udah pengin nikah, belajarlah dari sekarang, jgn SKS-an kayak saya :D
2. Urusan KUA
Nah ini cukup menyita perhatian kami karena kami tinggal di Jakarta, si mas asli Jawa Timur, dan kami akan menikah di Jogja! Mantep kan? alhasil, kami mengandalkan jasa pengiriman untuk mengirim dokumen (foto, KTP, kartu keluarga, surat pengantar KUA di Jawa timur) dikirim ke jakarta, ditandatangani, dan dikirim lagi ke Jogja untuk diurus di KUA jogja. daan bisa ditebak, ditengah-tengah itu ada masalah pengiriman, maka kami kirim ulang karena dokumen pertama nggak nyampai, haha. Kami memang berniat untuk meminimalisir pulang kampung untuk menghemat biaya. Seingat kami, dalam proses persiapan ini, kami hanya pulang beberapa kali, yaitu 1. Kenalan dengan orang tuaku, 2.Lamaran (ya, mudik berikutnya langsung lamaran), 3. Kunjungan ke Tuban (menjawab lamaran). Awalnya kami fikir ini sudah cukup, tapi ternyata kami harus mudik ke Jogja sekali lagi kemarin karena ada Verifikasi dari KUA terhadap calon penganten, daaannn ternyata dalam verifikasi itu yang harus kami lakukan adalah: tanda tangan saja! (haha, kirain mau diwawancara penuh keseriusan atau diperiksa kadar kegantengan dan kecantikan kami, tiwas udah dandan *bercanda*)
Tips: berbeda dengan tips poin nomor 1, untuk tips urusan KUA ini, jangan ngurus di KUA dr sekarang kl belum tau kapan nikah atau belum tau nikah ma siapa, hehe. Prosesnya gampang kok, asal gak kayak bus AKAP aja (Antar Kota Antar Propinsi) :p
3. Tes Kesehatan Pra Nikah
Ini sebagai syarat dari KUA di Jogja (kenapa di Jogja, karena aku ga tau apakah KUA lain juga mensyaratkan, soalnya temenku nikah di Jakarta belum ditanyain ttg tes kesehatan ini). Tes kesehatan ini bisa dilakukan di mana saja (ga harus di jogja) asal di puskesmas/rumah sakit negeri. Dan berhubung kemarin harus pulang ke Jogja untuk urusan KUA, maka sekalian lah tes kesehatan di Jogja, tentunya lebih murah. Di tes ini, kita dapat form "Tes Kesehatan Pra Nikah" (sebelumnya ngurus surat pengantar dulu dari kelurahan). Tes ini terdiri dari serangkain tes urine (untuk melihat kehamilan), darah, gigi, suntik imunisasi tetanus bagi calon perempuan, konsultasi gizi dan terakhir konsultasi psikologi. Saat menjalani ini, aku merasa, hmm..program pemerintah bagus juga ternyata...
Tips: tes kesehatan ini hanya untuk syarat administratif, kecuali kita emang pengin medical check up yg "beneran", mending cek aja di puskesmas, kalau di Laboratorium swasta bisa sampai 2 jutaan.
4. Ubo Rampe Pernikahan
Nah ini macem-macem,dari mulai undangan, suvenir, gedung, katering, baju, susunan acara, prosesi akad, dkk. No comment deh *tiba-tiba sakit perut, hahaha
PS: Ubo Rampe itu maksudku segala hal yang berkatian dengan pesta pernikahan, kalau arti sesungguhnya apa itu ubo rampe, aku nggak tahu :D
5. Cuti Nikah
Nah menurutku yang paling penting dari cuti nikah adalah: pastikan jadwal cuti kita dan jadwal cuti (calon)pasangan kita adalah sama...maksudnya, ngapain ambil cuti lama-lama kalau toh pasangan kita ternyata udah masuk kerja..bisa-bisa honeymoon tanpa honey ntar :D
Okee sepertinya itu dulu persiapan yang bisa (ingat) untuk diceritakan. Oh ya, kami juga telah membuat blog pernikahan di weddingannouncer.com (www.anas-wiwien.weddingannouncer.com). Sebenarnya kami cuma tau dari teman juga yang udah nikah dengan memanfaatkan website itu, tapi ternyata dari komentar teman-teman di buku tamu web kami, banyak yg bilang websitenya inovatif dan touching. Hehe, jadi mungkin bs dicoba ntar buat teman-teman yang berencana menikah juga, gratis kok websitenya!
Mohon doa teman-teman semoga rencana pernikahan kami lancar, dan pernikahan kami tersebut penuh berkah, penuh cinta, ketenteraman dan dirahmati oleh Allah SWT (sakinah, mawaddah, wa rohmah). Amiiiiin.
ps: gambar di atas diambil random dari Google, adalah gambar Halte Busway Dukuh Atas, tempat pertama kali kami bertemu kembali di Jakarta :p
Wednesday, January 19, 2011
Insya Allah Menikah
*ternyata deg-degan juga nulisnya.
Daan..di antara posting blog ku yang sebelum-sebelumnya yang memang *gak*serius, mungkin postingan pertama di tahun 2011 ini menjadi yang paling serius sepanjang hidup saya.
Insya Allah saya akan menikah, teman-teman....
Saya tau mungkin akan ada beberapa pertanyaan yang muncul, dari pertanyaan "kapan" dan "sama siapa", hingga pertanyaan "kok bisa", hehe.
Mampir yaa bloggers....
http://anas-wiwien.weddingannouncer.com/
Mohon doa setulus hati semoga saya dan si mas mampu membentuk keluarga sakinah, mawaddah, wa rohmah dan mampu memberikan cahaya bagi kehidupan dunia akhirat. Amiiin.