Wednesday, December 26, 2012

Eating while Traveling

Salah satu hal yang sangat "menguntungkan" dari metode BLW (Baby Led Weaning) yang sedikit sudah saya bahas di posting sebelumnya, adalah sangat praktis dan mudah untuk membawa anak makan bersama ketika kita jalan2 di luar. Yang perlu dilakukan hanyalah meminjam highchair dari restoran, memilih makanan sehat yang bs dimakan bayi (mengingat bayi tidak perlu puree, jd nyaris dia bs makan "apa aja"), dan voilaaa...bersiaplah untuk mendapati betapa pintarnya anak kita makan sendiri :D

Gambar di atas adalah ketika minggu lalu Aisha saya ajak menginap satu malam dalam acara kantor di sebuah hotel di Bogor. Dan yang kulakukan hanyalah mengambil buah2 dari meja buffee, dan membiarkannya sangat excited dengan sepiring penuh makanan di depannya!

Sudah beberapa kali Aisha saya ajak makan di luar, dan kebanyakan saya bawa bekal untuk Aisha dari rumah, terutama jika udah tau nanti makanan yang akan kami makan tidak sesuai untuknya. Beberapa makanan yang pernah saya bawa adalah kentang wortel kukus, brokoli kukus, buah naga, dan pisang. Makanan itu dipilih karena memiliki potensi berantakan yang paling kecil ( walaupun pisang kurang recomended karena nodanya bisa kemana-mana).

Ini ketika diajak jalan2 tanpa persiapan (karena mikirnya cuma sebentar n ga mampir makan, jd ga bawa apa2). Alhasil ketika makan di rumah makan yg spesialis pancake (opo to kok lali), aisha cuma ta kasih potongan2 buah segar dari Fruit Pancake yang kupesan..dan restonya ga menyediakan highchair. Alhasil beginilah adanya...

Kayaknya ini dulu deh *sambil lirik dokumen di samping meja kerja*,disambung lagi #BLW edisi yang lainnya, next episode sepertinya tentang bagaimana reaksi para kakek nenek (ortuku)  tentang cara Aisha makan, mengingat ortuku datang ke Jakarta minggu ini.   

Salam dadah!

Tuesday, December 11, 2012

Cara Aisha Makan

Aisha and her papaya (7 months)
 Setelah berjibaku dengan ASI eksklusif selama 6 bulan, anakku Aisha akhirnya memulai makan pertamanya sejak 1,5 bulan yang lalu. Rasanya lega campur bangga bisa memberikan ASI eksklusif kepada anak saya selama setengah tahun (dan akan berlanjut hingga umur 2 tahun), sebuah waktu yang tidak sebentar, khususnya bagi worling mom dengan intensitas keluar kota yang cukup tinggi.

Setelah diskusi dan mempelajari banyak metode ini dan itu, akhirnya kami (saya dan suami), memutuskan untuk mengajarkan makan Aisha dengan metode Baby-Led Weaning/BLW. Sebuah metode lama, tapi baru "tren" beberapa tahun terakhir ini, walaupun keputusan untuk ber-BLW ini tentu saja bukan karena mengikuti tren. Alasan utama kami adalah karena metode ini sangat masuk akal, dan menyenangkan! Menyenangkan bagi bayi, dan juga bagi kami yang "menontonnya".

BLW pada prinsipnya adalah mengajarkan bayi untuk makan sendiri, sejak pertama kali dia mulai dikenalkan pada makanan (usia 6 bulan). Jadi bayi didudukkan (biasanya umur 6 bulan blm bs duduk tegak sendiri, jd bayi ditopang/diganjel bantal di kursinya), dan dihadapkan pada makanan2 untuk bisa dia ambil SENDIRI. Makanan yang disajikan pun berupa makanan padat, bukan bubur, dan juga bukan puree (makanan yang diblender). Untuk memudahkan bayi menggenggam makanan, maka makanan tersebut dipotong-potong sebesar jari (finger foods). Jadi teorinya, bayi akan melihat melihat makanan di hadapannya, mengambilnya, memasukkan ke mulutnya, mengunyah, dan menelannya :) *lebih lengkap mengenai metode ini bisa meluncur ke http://www.babyledweaning-indonesia.com/

Apakah Bisa?
Pertanyaan ini juga selalu muncul di kepala kami ketika Aisha mendekati usia 6 bulan. Bahkan saya sengaja tidak memberitahu ortu dan mertua tentang metode ini, sebelum Aisha berhasil. Mengingat kami tinggal sendiri di Jakarta, hal ini memungkinkan untuk dilakukan, hehe. Pertama kali Aisha ber-BLW adalah makan mangga. Dengan ketakutan dan penuh harap, kami menyaksikan Aisha mengambil mangga pertamanya dan memasukkan ke mulut! Tak berapa lama, ada potongan mangga yang keluar, rupanya Aisha menggigit mangga terlalu besar. Di gigitan kedua, Aisha terlihat mulai mengunyah, dan menelannya dengan mata agak mendelik...orang bilang "keselek". Mas Anas sempet keder juga melihat Aisha kesulitan nelan seperti ini. Tapi ak yang udah kekeuh, meyakinkan kalau tidak apa-apa dan fase ini memang fase belajar yang harus dilalui. Dan benar saja, seperti yang dijelaskan pada teori BLW, setelah adegan keselek itu, Aisha mengulang lg gigit mangga dengan santainya, seolah olah tidak terjadi apa-apa.
Pertama kali makan (6 bulan)

Perlu waktu kira-kira 5-10 kali makan (3 harian) bagi Aisha untuk sepenuhnya bisa mengunyah tanpa kesedak sama sekali. Sampai akhirnya dia udah tau kalau makan itu ya dikunyah, baru ditelan. Dan alhamdulillah hinggga saat ini, Aisha udah makan sendiri dengan jumlah yang selalu meningkat dari minggu ke minggu. Kebayang dulu pas pertama kali makan, paling total yang masuk cuma satu-dua potong... Tapi sekarang udah banyak, bisa jadi hampir bersih piring Aisha, khususnya untuk makanan-makanan yang dia suka. Hingga saat ini (umur 7,5 bulan), makanan yang udah dimakan Aisha diantaranya mangga, pepaya, kentang kukus, brokoli kukus, kembang kol kukus melon, jeruk, zukini, pisang, apel, pir, lontong nasi, labu parang, wortel, buah naga, tahu kukus, paha ayam (rebus), ikan tuna, buncis, kacang panjang...dan lupa.

Kalau aku lihat polanya, Aisha paliiiing suka kalau makan makanan yang belum pernah dia makan. Jadi kadang aku berharap setiap hari ada penemuan makanan baru di dunia ini, hehe.

Aisha and tomatto
Kayaknya ini dulu deh sharingnya *sambil lihat jam dinding di kantor yang mendekati jam 5*. So far saya puas dengan metode ini,dan bangga melihat Aisha  TERNYATA bisa makan sendiri. Di masa yang akan datang, bayi BLW diharapkan jadi happy eater , terhindar dari gerakan tutup mulut, dan lebih tidak pilih2 dalam hal makanan. Jadi ketika besar nanti, bayi BLW akan mau makan apa aja, at least mau mencoba dulu (teorinya sih begitu, hehe).
Aisha and her favorite broccoli (6,5 months)


 Tulisan ini spesial untuk Novi, sebagai kado atas keberhasilannya mendapatkan beasiswa S3 ke Australia *pede amat sih gw ngasih kado beginian doang hahaha :))

Thursday, September 6, 2012

Transkrip Percakapan dengan Joki 3 in 1 Pagi Ini

Di barisan kursi belakang supir dalam bis 213:

Wiwien (Wi): "Anaknya umur berapa bu? kelihatannya semuran dengan anak saya..."
Ibu Joki (IJ): "Oh, jalan lima bulan ini.. anak mbak?"

Wi : "oh ya sama, saya empat bulan *ya gak sama sih ya :)).  Itu pipinya merah2..alergi ya bu? kayak anak saya.."
IJ : "Bukan, ini kena air susu saya..tajem air susu saya, jdnya kalau kena pipi jadi gtu" *no idea air susu tajem itu kayak apa

Wi : "Wah masih asi ya bu? bagus banget itu..."*langsung nembak ke misi
IJ  : "Masih..ya tapi saya kasih susu SG* karena saya kan di jalan gini.."

Wi : "oh, dipompa aja bu, ini saya di kantor bawa2 ginian, mompa asi buat dikasihin besok" *sambil nunjukin cooler bag
IJ  : "Wah nggak bisa...air susu saya dikiiit..anak saya aja masih mangap2 kalau habis nenen..kalau dah dikasih makan baru deh diem, seneng dia.."

Wi ; "kok udah dikasih makan bu...makan apa? sejak kapan?"
IJ : "Waa udah lama, udah sejak dia bisa nelen..lepas umur 40 hari juga udah saya kasih N*stle..kalau pisang nggak suka dia..kadang juga dibeliin Cer*lac sama pelanggan saya, kan dia juga punya bayi umur 10 bulan" *itu siapa sih pelanggan 3 in 1 nya, gak mudeng bangettt

Wi: "Wah malah makanan yg nggak instan kayak pisang gak suka ya anaknya"
IJ : "Iyaa, kan enakan N*stle itu, rasanya manis" *mulai melongo

Wi: "Ooo gitu...pantes anaknya malah suka ya..padahal kasihan lo bu, sebenarnya perutnya dia baru siap makan kalau udah 6 bulan...ASI aja udah cukup, malah lebih bagus gizinya.."
IJ : "haha..iya sih, kalau nurut dokter juga gitu, pernah diomelin juga tapi saya iya2in aja..habis gimana, anaknya yang doyan..kan dia cowok ya jadi makan minumnya kuat...kalau air susu doang ntar jadi apa badannya"

Wi : ...... *melongo *bingung mau respon apa
IJ : "ini seminggu dua kali juga ta kasih air tajin...biar keker.."

Wi: ....*pingsan

Friday, August 31, 2012

Elegi Pagi Hari

Sumber foto: Media Indonesia, diambil dari sini
Sejak menjadi warga pinggiran Jakarta alias Jakarta coret, aku berangkat ke kantor bersama Mas Anas. Berhubung kantor suami terletak di Sudirman, maka aku akan turun di depan kantornya dan melanjutkan perjalanan dengan naik bus 213 sampai depan kantorku.

Pemandangan paling menarik perhatianku ketika naik bis ini adalah adanya penumpang rutin yang baru naik dari Sudirman dan turun di sekitar jalan Diponegoro, jalan dimana kantorku berada. Mereka adalah Joki 3 in 1.

Seperti pagi ini. Di sampingku duduk seorang ibu paruh baya (maksudnya paruh baya apaan sih?haha), pokoknya dia berusia sekitar 40 tahunan, menggendong seorang bayi yang tertidur pulas, memakai kupluk dan di mukanya belepotan diberi bedak yang wangi baunya. Aku sangat yakin bayi itu masih kecil, jauh lebih kecil dari Aisha yang masih 4 bulan. Dan benar saja, setelah kutanya, usia bayi laki-laki itu baru 2 bulan.

Dari percakapan singkat kami, ada satu hal yang membuatku tercekat sepanjang pagi ini : "Masih nenen, bu?", dan si ibu menjawab "Iya masih, tapi saya kan joki, jadi saya tambah susu botol...", belum sempat saya cengok dan memberikan respon, si ibu sudah berpamitan mau turun "Mari mbak, saya turun di sini..."


Ibu itu lantas turun dan berjalan cepat-cepat menuju "posisi" nya menjadi Joki kembali. Tak henti-hentinya kupandangai bayi di gendongannya,sambil mendoakan semoga Tuhan melindungi masa kecilnya, hingga tumbuh menjadi manusia dewasa yang lembut hatinya. Semoga keberlimpahan kasih sayang selalu mengalir pada kalian, anak-anak kecil dalam gendongan joki.

PS: elegi berdasar KBBI berarti syair yang mengandung ungkapan duka cita *aku juga baru ngeh artinya :p.

Monday, August 27, 2012

Ujian ASIX

Aisha and her ASI bottle
Pemberian ASI exclusive (ASIX) selama 6 bulan memang sangat membutuhkan komitmen yang tinggi.

Baru separuh perjalanan, dalam usia Aisha yang belum juga genap 4 bulan, saya ditawari kesempatan yang sangat saya tunggu dan inginkan, tetapi harus meninggalkan bayi saya selama 2 minggu penuh, terpisah ribuan kilo daratan dan lautan.

Setelah lama berdiskusi dengan suami, dan lebih lama lagi berdiskusi dengan diri sendiri, akhirnya saya memutuskan untuk... melepaskan kesempatan itu.

Selain khawatir Aisha menjadi bingung puting (karena diberikan dot non-stop), juga  lebih khawatir ASI saya berhenti berporduksi/berkurang karena tidak pernah dilakukan pelekatan bayi.

Insya Allah....madhep marep mantep, saya akan memberikan ASI kepada bayi saya hingga dua tahun lamanya. Itu adalah HAK anak saya.

Tentang mimpi saya? biar kutitip pada Tuhan dan semoga Dia menggantinya dengan yang lebih baik. 

Monday, August 13, 2012

Pregnancy with Zero Complaint

Saat menulis ini, aku sedang menikmati hari2 terakhir masa cuti melahirkan selama 3 bulan. Artinya, saya sudah melahirkan dong, hehe. Sejak hamil dulu, aku berjanji untuk menulis tentang kehamilanku ketika bisa “mengakhiri” masa kehamilan dengan sukses. Alhasil, alangkah senangnya ketika bisa melahirkan dengan proses yang sangat cepat, partus normal (ceilah bahasanya gaya partus2an segala), yang ada di pikiranku saat itu adalah : aku harus nulis di blog, haha!

Jadi alkisah, alhamdulillah selama hamil ak benar-benar sangat super fit. Yes, dengan  sangat dan super karena memang terhitung selama 9 bulan hamil, ak gak pernah sakit, flu atau sakit yang biasa kuderita sebelum hamil. Badan juga terasa sehat dan ringan, hanya naik 10 kilo hingga melahirkan, dengan berat bayi yang tergolong “besar” yaitu 3,4 kilo. Dengan kondisi seperti itu, ak bisa tetap menjalankan banyak hal luar biasa yang bahkan tidak kulakukan ketika hamil...diantaranya sempat terbang ke Medan dan Jogja saat usia hamil 5 bulan, ke  Singapura saat 6 bulan, dan terakhir ke Vietnam (Hanoi, bukan Ho Chi Minh!), saat mendekati 7 bulan *kalo yang ini dipikir2 ngeri juga. Belum lagi kalau ada acara kantor di bogor dan main2 ke bandung saat wiken, udah gak terhitung berapa kali. Bahkan di sebulan pertama kehamilan (tentu belum ketahuan kalau hamil), ak puasa sebulan (Cuma bolong 3 hari di awal), trus mudik terbang ke Jogja, dan dilanjut lagi naik pesawat ke Surabaya, lalu lanjut naik BUS UMUM (!) ke Tuban dan  Malang (ga ada direct flight Jogja-Malang).

That was really an amazing 9 months. Dan semua itu ditutup dengan persalinan normal yang hanya memakan waktu kontraksi dari bukaan 1 hingga lengkap selama 5 jam (padahal sebelumnya udah horor dikasitau kalau anak pertama biasanya kontraksi minimal selama 15 jam).—mungkin cerita tentang ini akan diulas belakangan *kalau inget. Dan, terakhir, hal yang paling dikhawatirkan ibu2 muda *dan gaya* ketika hamil, yaitu takut berat badan ga bisa pulih setelah melahirkan, alhamdulillah beratku langsung turun 5 kg sejak keluar RS, dan sebulan keluar dari RS, beratku jadi 49,alias sekilo lebih kurus dari sebelum hamil, hingga sekarang. *kalo ini awalnya gara2 belum nemu rewang jadi ngerjain semua2 sendiri.

Oh ya, don’t get me wrong ya teman2, maksud dan tujuanku menulis ini bukannya ingin menjadi @mamayeaaah yang sepertinya sangat sempurna sbg seorang mama, ak hanya mau mengajak para ibu2 untuk nggak takut hamil (kayak aku dulu, hehe). Yes, ak dulu awalnya sempat merasa nggak PD juga ketika hamil, takut nggak sanggup, takut nggak bisa., bahkan: takut melahirkan! Dan ternyata, adegan di tv tentang ibu2 melahirkan yang dramatis itu, telah meracuni pikiran dengan sangat salahnya.

Okeey, mungkin ada beberapa hal yang bisa ku-share sekedar “tips and trick” kehamilan with zero complaint *ceilah

1. Pesan Klasik:  Penuhi Nutrisi Ibu Hamil
Beruntung rasanya bisa nemu dokter kandungan yang cocok sejak konsultasi pertama. Kami periksa di YPK Menteng, dengan pertimbangan dekat dari rumah di menteng (rumah orang), juga pelayanannya yang standar Menteng (yeahh), tapi harganya gak semahal RSIA di sebelahnya (heheheuu). Oh ya, juga karena konon Dian Sastro dan Krisdayanti juga melahirkan di sini lohhh :p. Anyway, akhirnya atas saran dari SPOG kami di sana (boleh sebut nama gak sih?), ak akhirnya meminum tiga multivitamin dari Amway Nutrilite yang tidak mengandung bahan kimia dan nutrisinya lengkap, berupa Omega dari Minyak Ikan Salmon untuk perkembangan otak dan antioksidan darah (kayaknya), sama ekstrak sayuran, dan tablet kalsium-magnesium (konon katanya pemberian kalsium tanpa magnesium adalah “sia-sia” ). Kerennya lagi, dokternya ini gak ngasih obat apapun, cuma rekomendasi utk konsumsi  multivitamin nutrilite itu aja yang bisa kubeli bebas di pasaran. Dokternya Cuma bilang :”Coba deh anda google Amway Nutrilite, nanti silakan kalau mau konsumsi, bisa dibeli di mana saja”.  Ak juga disarankan untuk meminum susu cair (Ultramilk, Diamond) instead of susu bubuk ataupun susu hamil, karena lebih alami dan kandungan kalsium nya terjaga. Alhasil, selama 9 bulan hamil, ak gak mengalami yang namanya pegal2 tulang pungggung. Pernah seminggu sakit punggung tp karena memang seminggu sebelumnya berhenti minum susu cair..setelah digenjot lagi, sakitnya hilang.

2. Pregnancy is About Physical Exercise
Sebenarnya ini kebetulan, tapi memang semasa hamil, banyak kegiatan fisik yang kulakukan, bahkan mungkin lebih banyak dari sebelum hamil. Pertama, jalan kaki sebanyak 2 kilo sehari. Waktu itu aku tinggal dengan jarak 1 kilo dari kantor. Jika sebelum hamil aku berangkat kantor bareng suami (diantar), maka sejak hamil malah jadi semangat untuk jalan kaki ke kantor pulang pergi sebanyak 2 kilo di pagi dan sore. Juga hobiku yang senang jalan-jalan di Car free Day hari minggu di Sudirman. Walaupun suami males2an ikutan, tetep diseret dah. Juga seringnya jalan-jalan di car free day sebagai ajang ngumpul ama temen2 tercinta dari jogja. Saat hamil itu juga, ndilalah kami (ak dan suami) sempat berjalan berkilo-kilo di Singapura selama 4 hari. Kenapa ndilalah? Karena kita udah beli tiket sejak sebelum hamil akibat korban promo Rp.0 dari sebuah maskapai penerbangan asal Malaysia *yeaah. Waktu itu suami sempet khawatir juga apa aku kuat dan akan tetep dipakai itu tiket. Tapi sat itu malah kujawab “Kalau Mas gak mau berangkat, aku berangkat sendiri”. Sewot abis deh pokoknya saking semangatnya. haha

3. Do Not Always Think You are Pregnant
Jangan memasang label di badan bahwa kita sedang hamil, sehingga selalu berfikir boleh ini nggak ya, boleh itu nggak ya..takut ini, takut itu..sehingga membuat kita merasa ragu-ragu, tidak nyaman, dan atau malah merasa terbebani dengan kehamilan. Hamil adalah proses alamiah, our baby is super smart so that she can survive in her own way. Bahkan ekstrimnya: kita dieeem aja, perut kita itu bakalan bear sendiri dan lahir sendiri itu bayi =D. Jadi intinya, asalh gaya hidup kita sebelum hamil ini "normal" dan nggak ekstrim (merokok, minum alkohol, atlet gulat, dkk), kita bisa hidup sama persis seperti sebelum hamil : jalan kaki masih bisa, naik turun tangga ok, memasak lancar, bekerja juga sama aja. Mungkin hal2 yang dihindari hanyalah sushi atau junk food, tapi memang seberapa sering sih kita makan sushi kl pas gak hamil? Jadi nggak bakal kerasa deh kl menghindari sushi selama 9 bulan, tau2 udah lahir aja :p Untuk duren, es krim, coklat, nanas, dan makanan lainnya yang difitnah tidak boleh dimakan bumil---bohong ah! 
Ok jadi intinya,supaya ketika hamil nggak tersiksa dengan banyaknya pantangan,  milikilah gaya hidup sehat selagi sebelum hamil..*haha pinter yah saran ku! :p

Segitu dulu, kepada seluruh ibu-ibu muda di seluruh dunia perblog-an, ayo hamil! :D

*PS: tulisan ini sudah kubuat selagi cuti melahirkan di rumah, tetapi baru *sempat dan ingat* posting sebulan setelah ngantor, itu aja karena diingetin my fans TIARA :p

Our First Anniversary @ Singapore during 6th month
Office Training @ Bali during 6,5 Month
Ho Chi Minh !


Friday, February 10, 2012

Almost Anniversary


Yesterday my and my husband went to our SPOG as what we always do every month since around 6 months ago. Since I still have the meeting in the office up to 6.30 pm, he went to the hospital first to "queue",since the my doctor will see the patients on the first come first come first serve basis. I just feels normal when he did this since he often do many many things for me. I realize how special it is when he updated a status on social media into "go to the "pregnancy doctor" without the pregnant wife". Ah,yes, my husband, a man, after finishing his job in the office and the field, voluntarily went to see the pregnancy doctor, where there are full of pregnant women. And still, he was doing it as if it was so normal,as if it is his "job" that the has to do. And so, I made him wait in the hospital around one hour until I finished my meeting in the office.

Let's get back to several days before,and probably several months before,when other usual things starts to happen. Normally, he will be home from the office earlier than me since he starts the office at 7am, while I start at 9 am. So,when I can't be home at 5pm,and he already had rest at home, he always told me "I will pick you". And he always do. When I said I'm ready to go home, he directly goes to my office at anytime,so far the latest recorded is at 11 pm! But what makes me sometimes hurt is that when I asked him to pick me when he just arrived at home for 15 minutes, or when he has to wait outside my office for quite sometimes since I (still) can't leave the office. And yet, he welcomes me smilingly, as if what I do is normal, as if picking me up is the thing he should do.

When I am alone in the house, and I can see him in every small part in our room. As I clean the house,I see his passion when I saw his business card/namecard dropped from the drawer.What interesting about his business card is that he get "hijacked" to other company which is a lot better than his previous one. Also that now his works is a lot related to his passion. And when he told me about his job, I can't be proud more. He is also the one who teach me to find my passion, that my job is not my career, that I can do more outside my job. He wants me to be big, to be brave, to break the glass ceiling that hinder me. Ah,you're like the "hati kecil" that always say courage to me.

Also when I am his with friends. It makes me realize that there is a very clear distinct definition of "friends" and "people". He doesn't have a big number of good friends, but his good friends are very very loyal to him. I can't say no more. His friends remember every detail of him and his family, his friends wants to see him wherever they have chance, they talk positive things, support each other sincerely, and is very happy when my husband aske them to do something. And most of all, his friends welcome me very very warmly. But my husband is also doing anything he can for his friends too, from picking them one by one in their house that located in reverse direction, until giving things that my husband himself needs and wants. Ah,again,it is very simple, but I think this is what is meant by the saying: "what the friends are for". I don't think I ever feel that one before.

Ah,this everything makes me realize that I am not the one who deserve to love my husband. In fact, he is surrounded by people love him. So when it is time for our first anniversary next week, I can no longer say I love you. An I love you is not enough. I'm lucky to realize how God has blessed you with sincerity, passion, smart brain, and cheerfulness.

Happy anniversary my husband, me and the whole universe love you very much.

*the picture is his first flower he ever gave to me as he said he would only give me flower when we already married :p

Tuesday, January 24, 2012

Melahirkan di mana ya?

Salah satu tujuan pulang kampung kemarin adalah survei rumah sakit untuk melahirkan di jogja. Ada dua tempat yang kami kunjungi: Happyland dan Sakina Idaman. Kami melihat2 kamar dan list perkiraan harga, Tapi belum sempat konsultasi dengan dokter karena dokter yang kami incar tidak praktek hari sabtu n minggu.

Hal itu membuat kami berfikir apa melahirkan di jakarta aja ya,,di YPK menteng tempat aku biasa konsultasi selama ini,rumah sakitnya OKE dan dokternya juga udah cocok..belum lg kl mempertimbangkan bgmn pulang kampung ketika sudah hamil besar dan siap melahirkan nantinya...

Tapiiii, di Jakarta 'cuma' ada suami yang bisa menemani, kalau di jogja, bapak ibu dan adik kakaknya bapak ibu bisa nemenin semua.

Apakah any memiliki idea alias ANY IDEA? *iya jayus

Thursday, January 12, 2012

Pengalaman Pertama

Pertama Kali Naik Kereta
Umur 16 tahun! Berhubung semua keluargaku asli jogja, dan 90 persennya tinggal di jogja, aku nyaris nggak punya alasan untuk bepergian jauh naik kereta untuk mudik atau mengunjungi saudara seperti halnya teman-teman lainnya. Alhasil, aku baru pertama kali naik kereta ketika SMA ku mengadakan Penelitian lapangan ke Pantai Pangandaran dengan menyewa 4 (atau 5?) gerbong kereta api kelas ekonomi karena peserta penelitian adalah semua siswa se-angkatan SMA. First impression was very -very good karena keretanya full kami sewa, jadi bersiiiiih banget, sangat rapi, dan WC layak. Juga, karena bisa menghabiskan berjam-jam di kereta menikmati indahnya gita cinta dari masa SMA *gaya

Pertama Kali ke Kolam Renang
Karena masa kecilku kuhabiskan di kampung halaman di tengah pedesaan yang permai nan hijau (*ya gak cuma masa kecil sih di sana haha), maka kolam renang merupakan salah satu yang tergolong elit bagiku. Pertama kali ke kolam renang adalah semasa TK bersama ibuku, ketika TK ku mengadakan piknik ke Kyiai Langgeng, Jawa Tengah bersama seluruh teman2 TK dan para ibunya. Aku inget waktu itu saking girangnya melihat kolam renang yang besar dan biruuuu kayak di tivi2..aku langsung berlari menuju kolam renang itu. Dan ternyataaa...ketika mendekati kolam renang itu, kakiku tiba-tiba sudah masuk ke dalam kolam yang dangkal, kira2 semata kakiku, dan dengan sukses nya membuat sepatuku basah kecelup! Hahaha aku nggak ngelihat kalau di kolam dangkal itu ada airnya karena saking jernihnya...! Hahaha,keren kan, super ndeso pokoknya! Tapi untuk urusan berenang, aku jago banget sejak kecil karena ada sendang mata air yang super jernih di kampungku. Bahkan pertama kali aku tau ada orang nggak bisa berenang (kelas 6 SD), aku nggak percaya karena aku fikir berenang itu alamiah, seperti layaknya orang berjalan, asal punya kaki, dia pasti bisa jalan! :))

Pertama kali naik pesawat
Nah, sama kayak kasus naik kereta, aku baru pertama kali naik pesawat di usia 16 tahun. Waktu itu, aku ikut lomba di Jakarta mewakili SMA ku sekitar tahun 2003. Sekitar 2 atau 3 hari aku di jakarta, dan acara sudah selesai keesokan harinya. Lalu kami (aku bersama salah seorang wakil dari SMA 6, namanya Yoga Mario--yg belakangan aku tau dia adalah pacar temanku pas kuliah), sampai di stasiun Gambir untuk mencari tiket pulang ke Jogja. Tetapi ternyata hanya ada tiket untuk malam hari jam 7an. Temanku si Yoga itu menyarankan untuk mendingan naik pesawat saja, beli tiket langsung di Bandara Soekarno Hatta, dan aku mengiyakan saja karena tidak tahu juga bagaimana baiknya. Akhirnya kami ke Bandara, dan dapat tiket pesawat Adam Air (sekarang udah ga ada ya?), dengan harga 350 ribu. Wah sebenarnya waktu itu aku sangat sayang banget karena harganya mahal,tiket kereta eksekutif saja masih sekitar 130 ribu. Tapi karena gak ada pilihan lain, aku beli juga tiket itu, dengan uang dari uang saku 600 ribu dari pihak penyelenggara lomba (Kemendiknas). Padahal tadinya 600 ribu itu seperti uang terbanyak yang pernah aku terima lo (Uang saku dari ortu sekitar 100 ribu per bulan)!

Pertama kali menang lomba
Waktu itu aku SD kelas 2, dan aku menang juara I lomba baca puisi tingkat kampung dalam rangka 17an Kemerdekaan RI yang ke 50! Woow, aku harus mengakui rasanya luaaaaar biasa banget pas menang itu (sumpah, walaupun cuma tingkat kampung) karena aku bisa mengalahkan teman2ku yang udah kelas 6 SD dan bahkan SMP, hahaha. Dan waktu itu juara 1 mendapatkan hadiah spesial berupa ukiran kayu patung kuda (hadiah lain cuma "standar" buku tulis dibungkus kertas kayu coklat), dan ibuku juga tak kalah senangnya dengan membelikanku sepasang baju baru dan jepit rambut yang matching dengan baju itu (biasanya beli baju baru cuma pas lebaran aja). Lalu, aku diminta tampil ke panggung membacakan puisi yang kulombakan, waktu itu judulnya "Diponegoro" karya Chairil Anwar. Saking membekasnya memori itu, aku masih mengingat lirik puisi Chairil Anwar itu sampai sekarang! :)) Belakangan aku menyadari bahwa kejuaraan pertama ini menjadi titik yang menyadarkanku bahwa baca puisi merupakan bakatku (di waktu kecil!!), karena setelah itu aku menjadi juara baca puisi tingkat kabupaten dan juara geguritan (puisi jawa) tingkat provinsi, di masa-masa SD dan SMP.

Pertama Kali ke Luar Negeri
Waktu itu tahun 2007 dan ke Singapura, dimana menurutku ke luar negeri (walaupun cuma Singapura/Malaysia) merupakan barang yang mewah bgt karena saking mahalnya (tiket pesawat yang masih mahal plus biaya pajak fiskal 1 juta). Maka ketika dapat beasiswa exchange satu semester di NUS, aku nggak berhenti panas dingin tiap kali berkorespondensi dengan orang NUS untuk mempersiapkan keberangkatan. Aku inget banget kubaca berulang-ulang email yang akan kukirim, takut salah, apalagi bahasa inggrisnya haha. Aku bertanya sebanyak-banyaknya pada alumni programku yang udah pulang ke UGM, dari pertanyaan kuliahnya susah apa enggak sampai di sana bisa makan nasi apa enggak, hahaha ndeso kuadrat pokoknya *sampe sekarang masih ndeso juga sih :)). Belakangan aku menjadi jatuh cinta dengan universitas NUS ini dan menjadikan Singapura sebagai topik utama tugas akhir kuliahku.

Pertama kali pakai jilbab
Maksudnya di sini adalah pakai jilbab yang permanen, bukan buka tutup. Aku pakai jilbab sejak kelas satu SMA, dan semuanya berawal dari ketidaksengajaan. Waktu itu hari pengumuman siapa saja yang diterima di SMA 1, aku dan ibuku melakukan daftar ulang. Di sana, kami ditawari untuk memilih dua macam kain seragam untukku: kain seragam dengan ukuran yang lebih besar untuk yang pakai jilbab dan kain dengan ukuran lebih kecil untuk yang enggak pakai jilbab, keduanya dipathok harga yang sama. Nah, dengan entengnya aku bilang aku pilih kain yang lebih besar (supaya lebih untung), karena toh harganya sama haha. Alhasil aku jahitin lah itu kain menjadi seragam oanjang, dan dimulai lah hari2 ku sebagai gadis manis berjilbab necis. Daaaan...dari mentoring agama di kelas satu, aku baru tahu kalau pakai jilbab itu wajib bagi muslim perempuan. Haha begitulah kewajiban itu akhirnya kujalankan dengan ketidaksengajaan :))

PS: lanjut lagi ntar kalau nemu ide pengalaman pertama yang lain2

Tuesday, January 10, 2012

Pesan dari Jalan


Beberapa bulan terakhir ini, aku ke kantor dengan jalan kaki dari kosan. Bukan karena ingin terlihat keren seolah berbudaya jalan kaki seperti bule *ya kali*, tapi as simple as karena ga ada kendaraan buat ngantor haha. Sejak awal kerja di sebuah kantor di bilangan Menteng, aku sangat memimpikan bisa tinggal di -kosan- di kawasan Menteng yang menurutku the best living environment in Jakarta. Namun sayang karena keterbatasan biaya untuk tinggal di Menteng sebelum nikah, maka terpilihlah kawasan elit lain di Jakarta sebagai tempat tinggalku: Salemba, yang berjarak sekitar 4-5 kilo dari kantor. Nah singkat cerita, sekarang, sejak menikah, aku tinggal di dekat kantor bersama suamiku, tinggal di sebuah rumah besar dan luas, setinggi dua lantai, milik......ibu kosku (biar sombong asal bukan rumah sendiri *sounds wrong*).

Menempuh perjalanan tiap pagi sepanjang 1,1 kilometer, cukup membuat ku sangat bersyukur karena berat badanku turun #eh karena setiap hari rasanya Tuhan tak berhenti memberikan kuliah-kuliah kehidupannya padaku.

Biasanya aku baru keluar dari kosan sekitar pukul setengah 8an, setelah membeli sayur di tukang sayur yang lewat, tapi lebih sering aku membeli sayur dalam jumlah banyak, jadi paling beli di tukang sayur tiap 3 hari sekali supaya lebih efektif *padahal malas*. Sepanjang jalan, aku akan bertemu tukang sayur lain yang juga sesekali aku beli kalau tukang sayur langganan belum lewat. Ketika berpapasan,biasanya dia akan menyapa "mbak e..", seperti sudah tau kalau aku udah beli dari tukang sayur yang lain, dan begitu saja..dia ikhlas membiarkanku berlalu tanpa membeli (*lha emang suruh gimana?).

Suatu pagi, aku menjumpai seorang bapak yang tiba2 mangkal di pinggir jalan depan masjid dengan dua pikulan keranjang berisi rambutan. kenapa aku bilang tiba2? karena biasanya tidak ada yang berjualan di situ. Melihat si bapak yang sudah sangat tua (usia 70 tahunan), karena salut atas kemauannya untuk masih mau bekerja, aku memutuskan membeli seikat rambutan seharga 6 ribu. Tadinya kubayar 10 ribu supaya si bapak bisa ambil kembaliannya, tapi akhirnya bapaknya malah meminta supaya ambil saja dua ikat rambutan dengan uang 10 ribu itu, buat pelaris karena rupanya aku pembeli pertama pagi itu. Dari percakapan singkat, ternyata dia datang dari pondok gede, didrop naik mobil di tempat yang berbeda2 bersama teman-teman pedagang rambutan yang lain.

Dengan dua ikat besar rambutan (plus daun-daunnya), aku mulai kebingungan akan kuapakan rambutan itu. Tidak mungkin kubawa pulang sepulang dari kantor karena seharian itu aku akan tugas ke Bogor sampai esok harinya. Ditaruh kantor pun terlalu banyak karena sebagian orang juga akan ikut ke Bogor. Di tengah kebingungan itu, aku melihat sekeluarga terdiri dari bapak, ibu, dan 4-5 anaknya dengan usia beragam, yang paling kecil sekitar 8 tahun, yang paling besar laki-laki mungkin 17an tahun. Mereka semua berjalan kaki, si bapak rupanya pencari barang bekas karena saat itu dia membawa karung sangat besar dan sesekali berhenti memungut bekas gelas aqua dan yang lainnya. Sementara anak-anaknya berjalan di depannya, diikuti ibunya. Beberapa anak mereka itu mengenakan kaos lusuh yang kebesaran, yang merupakan kaos-kaos "sponsor" karena semua nya ada tulisan perusahaan tertentu, mulai dari bank M*ndiri, produk cat, dan lainnya. Awalnya aku cukup menyangsikan apa yang dilakukan keluarga itu, kalau dilihat dari muka, muka si bapak dan ibunya cukup keras, dahi slalu berkerut, rambut berantakan, kulit gelap dan terkesan galak. Ketika tengah memperhatikan satu-satu wajah mereka, aku mendapati bahwa salah seorang anak yang paling besar, tidak memiliki kedua tangan. Wajahnya ceria nampak masih anak-anak badannya terlihat sudah dewasa.

Aku ingin memberi sesuatu pada keluarga itu, tapi ternyata uang terakhir yang kupunya adalah uang 10 ribu untuk beli rambutan tadi :)) *emang sengaja gak sedia byk cash di dompet *di atm juga enggak sih haha. Tapi masa pagi2 ngasih rambutan?? kan rambutan bikin perut perih dan penuh gas kalau belum makan... Tapi singkat cerita, aku memutuskan untuk memberikan rambutan karena cuma itu yang kupunya, yang surprisingly diterima dengan muka sumringah dari si ibu dan bapaknya, ternyata kalau tersenyum, aura galak mereka langsung ilang. Lalu kami berpisah, dan sesaat aku menoleh, bapak-ibu dan anak- anak itu berkerumun memakan rambutan tadi di pagi hari!

Aku lalu melanjutkan langkah ke kantor dengan sangat ringan, seolah ada sebongkah kebahagiaan yang baru saja kuterima. Perjalananku juga disambut senyum bapak-bapak penyapu taman yang kulewati. Bapak itu menyapaku sejak melihatku pertama kali jalan kaki beberapa bulan yang lalu, padahal juga nggak kenal :)) Pernah suatu pagi, kuberikan roti tawar yang baru saja kubeli dari tukang roti keliling. Aku inget banget waktu itu pertanyaan dia ketika kuberi roti itu adalah "Buat ibu gimana?". Mungkin dia tahu bahwa aku baru saja membeli roti itu dan mengapa malah kuberikan padanya. Dan sejak itu, bapak itu selalu menyempatkan menyapaku setiap aku melewatinya.

Pernah juga suatu ketika, aku berpapasan dengan bapak-bapak memikul papan-papan kayu sebanyak 8 buah, menjual alas kayu pencuci baju tradisional (tau kan?)...yang menghabiskan waktu 5 menit bagiku untuk mengetahui barang apakah yang sebenarnya ia jual. Kesetiaan si bapak menjual barang "langka" itu seperti menunjukkan keyakinan si bapak itu bahwa Tuhan selalu memberi rejeki dalam setiap usaha kita,seberapapun hasilnya...

Ah, jalanan ini sungguh menyenangkan...Tuhan telah memberikan kasih sayangnya sejak pagi melalui semangat para orang-orang yang banyak menghabiskan harinya di pinggir jalan.

Ps: gambar diambil di sepanjang Sunda Kelapa-Halimun
 
Copyright 2010 Wien Wien Solution. Powered by Blogger
Blogger Templates created by DeluxeTemplates.net
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase