Aisha and her papaya (7 months) |
Setelah diskusi dan mempelajari banyak metode ini dan itu, akhirnya kami (saya dan suami), memutuskan untuk mengajarkan makan Aisha dengan metode Baby-Led Weaning/BLW. Sebuah metode lama, tapi baru "tren" beberapa tahun terakhir ini, walaupun keputusan untuk ber-BLW ini tentu saja bukan karena mengikuti tren. Alasan utama kami adalah karena metode ini sangat masuk akal, dan menyenangkan! Menyenangkan bagi bayi, dan juga bagi kami yang "menontonnya".
BLW pada prinsipnya adalah mengajarkan bayi untuk makan sendiri, sejak pertama kali dia mulai dikenalkan pada makanan (usia 6 bulan). Jadi bayi didudukkan (biasanya umur 6 bulan blm bs duduk tegak sendiri, jd bayi ditopang/diganjel bantal di kursinya), dan dihadapkan pada makanan2 untuk bisa dia ambil SENDIRI. Makanan yang disajikan pun berupa makanan padat, bukan bubur, dan juga bukan puree (makanan yang diblender). Untuk memudahkan bayi menggenggam makanan, maka makanan tersebut dipotong-potong sebesar jari (finger foods). Jadi teorinya, bayi akan melihat melihat makanan di hadapannya, mengambilnya, memasukkan ke mulutnya, mengunyah, dan menelannya :) *lebih lengkap mengenai metode ini bisa meluncur ke http://www.babyledweaning-indonesia.com/
Apakah Bisa?
Pertanyaan ini juga selalu muncul di kepala kami ketika Aisha mendekati usia 6 bulan. Bahkan saya sengaja tidak memberitahu ortu dan mertua tentang metode ini, sebelum Aisha berhasil. Mengingat kami tinggal sendiri di Jakarta, hal ini memungkinkan untuk dilakukan, hehe. Pertama kali Aisha ber-BLW adalah makan mangga. Dengan ketakutan dan penuh harap, kami menyaksikan Aisha mengambil mangga pertamanya dan memasukkan ke mulut! Tak berapa lama, ada potongan mangga yang keluar, rupanya Aisha menggigit mangga terlalu besar. Di gigitan kedua, Aisha terlihat mulai mengunyah, dan menelannya dengan mata agak mendelik...orang bilang "keselek". Mas Anas sempet keder juga melihat Aisha kesulitan nelan seperti ini. Tapi ak yang udah kekeuh, meyakinkan kalau tidak apa-apa dan fase ini memang fase belajar yang harus dilalui. Dan benar saja, seperti yang dijelaskan pada teori BLW, setelah adegan keselek itu, Aisha mengulang lg gigit mangga dengan santainya, seolah olah tidak terjadi apa-apa.
Pertama kali makan (6 bulan) |
Perlu waktu kira-kira 5-10 kali makan (3 harian) bagi Aisha untuk sepenuhnya bisa mengunyah tanpa kesedak sama sekali. Sampai akhirnya dia udah tau kalau makan itu ya dikunyah, baru ditelan. Dan alhamdulillah hinggga saat ini, Aisha udah makan sendiri dengan jumlah yang selalu meningkat dari minggu ke minggu. Kebayang dulu pas pertama kali makan, paling total yang masuk cuma satu-dua potong... Tapi sekarang udah banyak, bisa jadi hampir bersih piring Aisha, khususnya untuk makanan-makanan yang dia suka. Hingga saat ini (umur 7,5 bulan), makanan yang udah dimakan Aisha diantaranya mangga, pepaya, kentang kukus, brokoli kukus, kembang kol kukus melon, jeruk, zukini, pisang, apel, pir, lontong nasi, labu parang, wortel, buah naga, tahu kukus, paha ayam (rebus), ikan tuna, buncis, kacang panjang...dan lupa.
Kalau aku lihat polanya, Aisha paliiiing suka kalau makan makanan yang belum pernah dia makan. Jadi kadang aku berharap setiap hari ada penemuan makanan baru di dunia ini, hehe.
Aisha and tomatto |
Aisha and her favorite broccoli (6,5 months) |
Tulisan ini spesial untuk Novi, sebagai kado atas keberhasilannya mendapatkan beasiswa S3 ke Australia *pede amat sih gw ngasih kado beginian doang hahaha :))
3 comments:
Mbak wiwien, aku mampir ^^
Seru ya jadi ibu, pas main ke mbak dike itu juga gitu, instead of dikenalin ke bubur, pisang, atau toodler, mending bayi dikenalin dengan sayur dan buah sejak dini biar nanti gedenya nggak pilih2. Cuma emang bisa ya baru enam bulan gitu lngsung dikasih paha ayam, buah naga pula -____-"
menarik sekali postnya mbak. aku jadi kepengen jejelin aisha kuaci sama koka kola (nonton bola bareng ceritanya, hahaha).
@bela: haha ntar ta upload foto aisha makan paha ayam :p
@tiara: ah itu mah emaknya yg doyan ;))
Post a Comment