AcehAlhamdulillah, akhirnya hari itu datang juga. Tapi mungkin, inilah saatnya aku memberitahu alasan sebenarnya kenapa pengin ke Aceh sejak beberapa tahun lalu.
Aku ingat banget, waktu itu tahun 2006, tahun yang istimewa buatku karena banyak hal atau pengalaman pertama yang kualami. Termasuk dipertemukan dengan Ibunya temanku yang akhirnya memberi banyak inspirasi dalam hidupku. Jadi beliau adalah seorang dosen, dan singkat cerita membuatku
*berani lagi* untuk bermimpi jadi dosen. Sejak kecil dulu aku pengin jadi dosen, tapi pas pertama kali masuk kuliah ternyata temen2nya pinter-pinteeeer bangeet, masya Allah...jadi langsung keder dan bercita-cita entah-jadi-apalah-entar. *parah deh*
Nah, bertemu dengan si ibu ini, membuatku kembali sangat menginginkan jadi dosen, dan melihat cara dia yakin padaku, membuatku berfikir bahwa mungkin aku (masih) bisa, si ibu aja percaya aku bisa, masa' akunya nggak. Nah intinya lagi, sejak saat itu aku mati-matian lagi belajar, semangat ngerjain tugas, rajin baca koran halaman internasional, dan seterusnya...
Ga berhenti di situ saja, saat itu, si ibu ini juga melakukan konseling psikologis di Aceh untuk korban Tsunami (well, bisa ketebak kan dia dosen apa). Dia beberapa kali bercerita tentang situasi di aceh saat itu (masih di tahun 2006), juga sesekali membawakanku jilbab melayu, dan tas khas aceh. Hal itu membuatku merasa sangat dekat dengan Aceh, dekat sekali. dan semua yang beliau lakukan di Aceh menginspirasiku untuk bekerja bagi kemanusiaan. Bener-bener deh saat itu aku baru terbuka bahwa ada orang2 yang mengorbankan dirinya untuk bekerja bagi orang lain, untuk sepenuhnya mendedikasikan kehidupannya untuk orang lain. Saat itu aku baru tersadar bahwa ada pilihan-pilihan bagi kita, yang hidup sehat dan cukup dan dalam situasi normal, untuk menjadi relawan. Hal itulah yang kemudian mendorongku untuk berani bergabung dalam tim relawan untuk anak2 di Klaten saat terjadi gempa jogja tahun 2006.
Hingga tahun 2007, karena satu dan lain hal, kami sudah tidak bisa bertemu lagi. Tapi aku ingin menyimpan semua itu sebagai kenangan yang baik, yang setidaknya telah ada dua hal besar yang menginspirasiku. Dan saking besarnya keinginan untuk mengenang kebaikan beliau, aku jadi ingin meniru segala kebaikan yang beliau lakukan. Untuk jadi dosen, waktu itu belum saatnya kan masih awal-awal kuliah, maka jadilah aku kepikiran terus sama Aceh...Aceh..dan Aceh...
Ah dan sekarang akhirnya sudah ke Aceh. Banyak hal udah berubah, termasuk aku udah nggak bisa lagi bertukar cerita dengan si ibu tentang Aceh (dimana itu adalah hal pertama yg ingin kulakukan kalau bisa ke Aceh saat itu). Juga, udah nggak relevan lagi tentu saja menjadi relawan kemanusiaan di Aceh.
Ah ya sudah, malah jadi melow..terlepas dari semua itu, dalam perjalananku ke Aceh kemarin, membuatku tersadar
betapa besarnya peran sesorang ketika dia mampu jadi inspirasi. Oh ya, ini beberapa foto dari Aceh, cuma 2 hari dan keliling-keliling ke banyak kelurahan untuk memastikan ini itu, but here I show the fun parts ;-)
Masjid Baiturrahman menjelang Maghrib yang baru datang pukul 7 malam :) Pelataran masjid yang selalu ramai untuk bercengkerama tiap sore*alamak bahasaku di dalam masjid : putih cantik :)Rumah bantuan tsunamisatu kampung bentuknya bisa sama semua, tapi beda kampung bisa sangat beda, tergantung negara donornya mana... saat tsunami, kapal ini terbawa arus hingga ke daratan still...aceh is Indonesia, see... the flag is everywhere, hehekeep being united yaaa *dasar lulusan fisipol SemarangNah, believe me or not, dari semua kota yang pernah kuceritakan di blog ini, aku memasukkan Semarang sebagai kota yang paling cantik!!
Semarang is super pretty, didukung oleh topografi daerahnya yang berbukit2, menjadikan semarang sangat indah karena menawarkan banyak view bagus dari atas bukit. Misalnya, jika kita pergi ke kampus terpadu UNNES, dalam perjalanan kita akan melihat kota Semarang dari atas! dan bisa dibayangkan kalau kita melihatnya di malam hari? Full of lights!
Belum lagi Semarang juga punya daerah pantai yang landai. Saat itu kami sempat makan di Kampung Ikan, sebuah restoran yang sangaaaaat cantik, di pinggir pantai, restoran modern yang sangat bersih, dengan lampu temaram, saung-saung dari kayu, semilir angin, live music, ahh...perfect! *oh ya, buat yg gak begitu peduli dengan suasana restoran, cita rasa makanan di restoran ini juga superrr enakk..---ah jadi inget cumi krispy nya...
Dan satu hal sangat menarik lagi, Semarang merupakan kota kolonial juga di zaman Belanda dulu. Maka bangunan-bangunan tua *yang bagiku terlihat sangat eksotis* masih mudah ditemui di beberapa sudut kota. Saat itu sempat main ke Lawang Sewu (ikut tour yang malam hari!), dan membuatku selalu amaze dengan bangunan-bangunan tua: megah dan cerdas!
Overal, aku merasa hommy dengan Semarang. Mungkin karena separuh semarang adalah mirip Jogja (bangunan tua nya, tata kota Belandanya), dan separuhnya lagi sudah punya fasilitas kayak kota besar misalnya Jakarta (taksi blue bird, express, busway, jalan raya nya besar-besar).
Sayangnya, aku lupa buat bawa kamera ke Semarang, hahaha...
Jadi, ini dia gedung Lawang Sewu Semarang tempo dulu, didapat dari om Google: