Mungkin aku akan menceritakan beberapa hal yang terjadi akhir-akhir ini dalam poin-poin saja.
I. Perencana VS Jalani Aja
Akhir-akhir ini aku banyak bertemu dan lumayan bercakap dengan beberapa orang baru yang senasib untuk menjemput masa depan (haha, ya, baca: melamar pekerjaan). dari situ, setidaknya aku akan menggolongkan ada dua golongan pencari kerja : 1. tipe orang perencana, 2. tipe orang jalani aja. waktu itu aku sedang mengikuti seleksi di sebuah Tempat-Dimana-Orang2-Bertanya-Apakah-Aku-Yakin-Akan-Berkarir-Di-Sana, singkatnya sebut saja nama tempat itu TDOBAAYABDS (kok dilafalkan kayak tobyat yo? hehe). dan inilah pertanyaan standarnya: "yakin win?" , dan kujawab dengan lebih standar : "ya kan masih apply, coba-coba aja..". Orang yang sudah mengenalku pasti akan langsung tahu kalau itu bukan jawaban yang sebenarnya. Aku harus mengakui bahwa diriku adalah tipe perencana. Lamaa sekali bagiku untuk berkontemplasi menjawab pertanyaan-pertanyaan “yakin win?”itu. dan justru pada tes wawancara, dan pertanyaan itu muncul dari pewawancara, inilah jawabanku…jawaban yang sebelumnya tak kunjung kutemukan:
“Insya Allah, karena saya ingin mengabdikan diri secara maksimal melalui bidang yang saya senangi dan pelajari”. Dan aku masih percaya dengan keyakinanku bahwa bekerja, berkarir, adalah sebuah pengabdian dan aktualisasi diri. Aku harus mengatakan bahwa : it has nothing to do with money. Aku hanya ingin berkarya dan mengabdi. Dan pada akhirnya, bekerja karena pengabdian akan mendapatkan bayaran yang lebih kekal, bagi orang-orang yang percaya.
II. Pelajaran penting: 4 x 33 = 132, bukan 120
Waktu itu aku sedang berdiskusi dengan orang berwibawa dan dia sedang menilai pula kewibawaanu (yaelah). Diskusi kami:
Orang yang berwibawa: “Kamu tau kah jumlah anggota DPD?”
Aku: “kurang yakin pastinya…tapi tiap provinsi itu ngirim 4 dan ada 33 provinsi..”
(aku mengakhiri jawabanku kyk gitu karena kufikir ya semua orang pasti udah tau lah hasil perkaliannya, dan tak kusangka orang tsb kembali bertanya..)
Orang yang berwibawa: “jadi jumlahnya berapa?”
Aku: (ya gampanglah batinku…) “ya sekitar 120an Pak”—jawabku sekenanya,dg nada2 anak social yang tidak telaten berhitung (well, dasar akunya aja ding).
Orang yang berwibawa: “hmm…jadi…4 dikali 33 itu sama dengan 132 ya….” (dengan senyum penuh kemenangan).
Dan aku hanya bisa berkata sangat manis dalam hati : yaa…maksudku juga begitu—walaupun sebenarnya masih heran juga karena menganggap kalau 120 dan 132 itu GAK BEDA JAUH!
III. Menyesal
Aku baru aja bikin kesalahan besar. Aku membatalkan janji dengan orang yang meyakini aku akan memenuhi janji itu. Sebenarnya janji itu batal karena ada kecelakaan yang tak terduga, tapi tetep aja, aku yang berkontribusi utama atas batalnya janji itu. Dan dia tidak marah. Dia tidak menyalahkan aku. Rasanya aku sekejap pengin hadir di hadapannya, supaya dia melihat wajahku yang menyesal telah mengacaukan semuanya. Dulu dia pernah bertanya padaku mengapa aku mempercayainya, dan aku tidak mau menjawab waktu itu. Sekarang, aku harus menjawab bahwa, salah satunya adalah, karena “dia menawarkan kedamaian yang selalu kurindukan”.
salam hangat dari metrojaya,
-wien-
ps: aku baru tahu kalau metrojaya itu kepanjangan dari Metropolitan Jakarta Raya..^^
0 comments:
Post a Comment