Tuesday, February 9, 2010

yang setia menemani perjalanan

Hari ini aku pulang dari kantor lebih malam dari biasanya. Bukan karena aku rajin, tapi tepat ketika aku selesai merapikan meja dan tas, atasanku mengatakan kalau memesankan mie rebus untuk makan malam, bersama dengan 9 orang lain yang masih tinggal di ruanganku. Karena masih banyak orang yang tinggal (total di ruanganku hanya 16 orang), akhirnya aku dengan senang hati tinggal lebih lama di kantor, toh sesampai di rumah pasti juga mencari makan, fikirku.

Sambil menunggu pesanan, ada beberapa pekerjaan yang kurapikan, tapi lebih banyak membuka berita2 di media online dan sesekali chatting.

Di pojok ruangan, di dekat pintu, duduk seorang bapak sedang membaca kompas hari ini. wajahnya terlihat sangat tertarik membaca halaman demi halaman, yang aku yakin hampir semua telah dibacanya karena sudah hampir dua jam bapak itu membaca koran tersebut. Aku tahu dia sedang menunggu, tapi sama sekali tidak tampak raut "kemrungsung" atau kesal di wajahnya. Dia tidak pernah melihat jam, atau tidak pernah pula melihat pintu tertutup di sampingnya, yang berisi seseorang yang ditunggunya, sejak dua jam yang lalu, atau bahkan sejak bapak itu datang ke kantor ini pagi-pagi sekali hari ini.

Dan dia lakukan hal itu setiap hari, dari pagi hingga malam. Setiap kali sembari menunggu, bapak itu rajin sekali menawarkan bantuan kepada kami untuk melakukan apa saja yang bisa dia kerjakan, dari membantu memfoto kopi, menyajikan makanan, menyambungkan telepon, sampai wira wiri sana sini mengantar dan mencari-cari surat. Jika sedang dibantu bapak itu, saya seperti selalu diingatkan untuk ringan tangan, mengutamakan orang lain, dan tidak mengeluh.

Bapak itu adalah supir direktur kami, bapak supir tersebut mengantarkan pak direktur yang datang pagi hari pukul 7 sebelum seluruh staffnya datang, dan pulang malam hari minimal pukul 7, setelah semua staffnya pulang.

dan hari ini, pukul 20.00, aku masih melihat bapak supir duduk di samping pintu direktur. kali ini beliau bersandar pada dinding, tertidur.

bahkan dalam tidurnya, bapak sopir itu masih mengajarkan padaku kesetiaan hati untuk mengabdi....

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright 2010 Wien Wien Solution. Powered by Blogger
Blogger Templates created by DeluxeTemplates.net
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase