Nah oke, untuk menjawab pertanyaan itu, mungkin aku bisa ceritakan beberapa cerita yang bisa kuceritakan (mbulet).
1. Hari H
Alhamdulillah ketika hari H, ketegangan tidak seperti yang kubayangkan. Semua berjalan smooth, kebisingan orang2 yang bertanya tentang ini itu juga tidak terjadi. Bahkan ketika periasku bilang "mbak ini siap2 ya, konde untuk jilbabnya akan terasa berat", tapi ketika dipasang...voila, aku gak merasakan apa2, ringan! Apalagi ketika kulihat wajahku di cermin, cantiknyooo! (hahahaha,okee,aku janji narsis skali ini aja, jangan berhenti mbaca yak). Selama acara berlangsung, aku dan si mas saling memastikan bahwa kami tetap tersenyum,selalu tersenyum sepanjang waktu, selain untuk menghormati tamu, juga karena kami meng-hire fotografer candid (hehehe). Tapi ternyata cara untuk "sadar senyum" ini efektif untuk menjaga keceriaan sepanjang acara. dan benar saja, di akhir acara, aku bilang pada keluargaku kalau aku sama sekali nggak merasa capek, dan jawaban mereka simpel: "tentu saja, orang bahagia mana ada capeknya".
Nah, kayaknya kunci utama untuk tampil fit dan prima saat menikah hari H adalah: settinglah hati anda supaya tetap bahagia!
2. Hari hari pertama menikah
Dari beberapa blog yang kubaca, ternyata hal ini terjadi juga pada pasangan muda lainnya: belum menyadari kalau sudah hidup bersama! Beberapa diantaranya misalnya, masih menyebut pasangan dengan istilah "pacar" intead of "suami/istri", masih kaget2 ketika keluar kamar mandi dan ada orang lain di kamar, bahkan lebih cepat untuk tidur jika saling memunggungi daripada berhadap2an, haha.
Daan...itu terjadi juga pada kami.. jadi kayaknya untuk yang satu ini, aku gak bisa ngasih saran seharusnya gimana :))
Sesaat setelah akad nikah selesai dilangsungkan, petugas KUA bertanya kepada mas: "Apakah anda sudah punya istri?", dan dengan spontan mas menjawab: "belum", lalu petugas KUA nya berkata: "naah, baru aja nikah, udah lupa kalau beristri". hahaha, skak mat :))
3. Sakit
Seminggu setelah resepsi pernikahan, kami berangkat ke Jakarta. Aku merasa itulah masa sebenar2nya menikah, sudah tidak bersama bapak ibu dan papa mama mertua lagi, adik kakak, juga segenap pakde budhe om tante dan kakek nenek. Saat itulah kami mulai merasa menjadi satu pasang, bukan lagi satu-satu yang digabung. Suatu ketika, aku sakit sampai harus nggak masuk kantor. Dengan perasaan bersalah karena nggak bisa menyiapkan sarapan seperti biasanya, aku malah dibawa ke puskesmas (dokter terdekat dr kosan yang buka pagi hari itu). saat diperiksa itu, aku melihat mas mengirimkan sms kepada atasannya, meminta izin masuk siang karena memeriksakan istri ke dokter. dan kejadian pagi itu, cukup membuatku berjanji untuk sekuat tenaga menjaga kesehatan. (oh ya, OOT, ternyata memeriksakan di puskesmas itu gratis tis..lengkap dengan obatnya, dan...sembuh!)
4. Kesepian
Selain itu, menikah juga lebih mudah membuat kita merasa kesepian kalau di rumah sendirian, dari makna sebenarnya (baca: kangen), sampai kejadian-kejadian sepele. Misalnya, dapur di kosan kami berada di lantai 1, sementara kamar kami di lantai 2. Sebisa mungkin aku memasak ketika mas belum pulang, atau sedang ke masjid, kecuali kalau memang kita berencana memasak bersama mencoba resep baru (hehehe, untung mas seneng masak juga). Tapi semalem aku masih masak saat mas udah pulang. Dan saat sedang memasak itu, ak mendengar suara langkah kaki menuruni tangga. Ternyata mas turun menghampiriku sambil brgumam "di atas sendirian...". hahahaha *I'm blushing :D*gambar diambil random
Daan..begitulah cerita kami diawali. Semoga Allah menghimpun yang terserak di antara kami, memberkahi kami berdua, meningkatkan kualitas keturunan kami, menjadikan kami pembuka pintu-pintu rahmat, sumber ilmu dan hikmah, serta pemberi rasa aman dan tentram bagi umat. Amiin. (doa yang nyontek).
Yang terpenting dari semua itu, semoga kita termasuk golongan orang-orang yang menyadari betapa besar kuasa Tuhan yang telah menjodohkan manusia, dan betapa maha kasih sayangnya Tuhan dalam hidup kita dengan menumbuhkan cinta kasih diantara manusia yang begitu banyak jumlahnya di dunia ini. Subhanallah.